Seperti diketahui, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani menargetkan ekonomi nasional akan tumbuh di kisaran 3,7 persen sampai 4,5 persen di sepanjang 2021. Proyeksi ini turun dari semula yang berada di kisaran 4,3 persen hingga 5,3 persen.
"Saya kira masuk akal pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021 ini itu akan terpangkas tajam dibanding prediksi awal 4-5 persen," katanya.
Lebih lanjut, Fadhil mengatakan prediksi ini berangkat dari pengalaman pada tahun 2020 ketika pemerintah menerapkan kebijakan PSBB berjilid sebagai upaya menekan penyebaran angka kasus COVID-19.
"Pada pertengahan Maret 2020 kita melihat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 itu, turun kalau tidak salah hanya hampir 2 persen dibandingkan kuartal I-2019," jelasnya.
BACA JUGA:
Ekonomi akan lebih buruk
Lebih lanjut, Fadhil mengatakan, melihat kondisi krisis akibat pandemi ini kegiatan ekonomi sangat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali normal dengan asumsi pandemi sudah lebih baik penanganannya.
"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2021 akan mengalami koreksi tajam. Bahkan mungkin pada bulan berikutnya ekonomi akan terus mengalami tekanan," ucapnya.
Senada, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengaku pesimis pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III-2021 akan mencapai target pemerintah. Sebab,penanganan pandemi di Tanah Air belum menunjukkan perbaikan.
"Kemungkinan proyeksi pemerintah Indonesia sekitar 3 hingga 4 persen enggak akan tercapai menurut saya," tuturnya.
Lebih lanjut, Didin mengatakan hingga saat ini tata kelola penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air masih belum menunjukkan perbaikan. Apalagi ditambah dengan meluasnya penyebaran COVID-19 varian Delta di luar pulau Jawa.
"Jadi tidak ada pendekatan yang antisipatif menghadapi sebuah krisis kesehatan ekonomi sekaligus ini," ucapnya.
BACA JUGA:
Target pertumbuhan ekonomi pemerintah dinilai ketinggian
"Lebih kepada upaya propaganda saya lihat, bisa untuk tujuan politis, menjaga nilai tukar rupiah, menjaga optimisme masyarakat, investor, dan lain-lain," katanya.
Menurut Fuad, proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah yang terlampau optimis tersebut tidak didukung kondisi riil di lapangan. Sebab, saat ini pelaku UMKM sudah menjerit tak sanggup menghadapi tekanan COVID-19, sektor pariwisata tumbang, dan sebagainya.
Karena itu, ia memprediksi realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini jauh dari perkiraan pemerintah yakni 2 persen pada kuartal II 2021, lalu minus 0,5 persen pada kuartal III dan IV 2021.
Fuad juga mengaku tak percaya dengan target pertumbuhan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah. Ia menilai, target tersebut kerap kali meleset karena terlampau tinggi dari realisasinya.
"Jujur saja, saya semakin tidak percaya pada prediksi angka pertumbuhan ekonomi versi petinggi negeri yang hampir selalu terlalu tinggi dan kemudian hampir selalu juga salah meski sudah berkali-kali diralat. Tapi, yang terakhir angkanya masih salah, konsisten salah ketinggian," tuturnya.