JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh tapi melemah menjadi 4,5 sampai 5 persen secara tahunan pada 2023.
“Bank Dunia dan Internasional Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia sebesar 4,8 persen, ini tidak terlalu buruk,” katanya dalam webinar BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis 16 Februari.
Ia menyebut Indonesia berpotensi kecil mengalami resesi karena sumbangan ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sekitar 24,72 persen atau lebih rendah dibandingkan konsumsi rumah tangga yang mencapai 51,65 persen.
“Kalau ada risiko global, negara yang less integrated dengan perekonomian global akan terdampak secara terbatas. Share ekspor Indonesia ke PDB hanya 25 persen, jadi kalau terjadi dampak negatif dari ekonomi global yang terdampak hanya 25 persen,” terangnya.
Ia mengatakan investasi yang masuk ke Indonesia berpotensi melemah pada 2023, tetapi dibandingkan negara-negara lain yang sedang mengalami resesi, Indonesia masih menarik sebagai negara tujuan investasi.
BACA JUGA:
“Jadi karena kinerja ekonomi negara di bagian lain di dunia jauh lebih buruk, inflow masih akan terjadi. Ini memberi harapan baik di stock market maupun ke bond market,” katanya.
Pemerintah juga perlu memprioritaskan penyaluran anggaran belanja negara kepada masyarakat kelompok menengah ke bawah untuk menjaga daya beli mereka, di tengah upaya mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke bawah 3 persen dari PDB.
“Karena defisit fiskal ditarget di bawah 3 persen dari PDB, fiskal hanya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, kalau belanja negara dialokasikan untuk menopang daya beli middle and lower income group,” ucapnya.