JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) memberikan restu kepada perseroan untuk melakukan aksi korporasi rights issue melalui mekanisme penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) terkait rencana pembentukan holding ultra mikro.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan aksi ini berpotensi menjadi rights issue terbesar di Indonesia, bahkan dapat menjadi salah satu yang terbesar di Asia.
Menurut Sunarso, langkah strategis ini bakal mendukung agenda eksplorasi sumber-sumber pertumbuhan baru. Adapun, segmen ultra mikro telah diidentifikasi sebagai sumber pertumbuhan baru melalui pembentukan ekosistem ultra mikro.
“Ekosistem ini akan menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi bagi para pengusaha segmen ultra mikro sehingga memungkinkan mekanisme naik kelas ke nasabah mikro lebih tertata dengan baik,” tuturnya dalam konferensi pers virtual usai RUPSLB, Kamis, 22 Juli.
Sebagai informasi, agenda rights issue tersebut sejalan dengan upaya perseroan menjadi induk usaha holding ultra mikro yang melibatkan Pegadaian dan PNM.
“Dengan menjangkau potensi ultra mikro, aksesibilitas layanan keuangan di segmen tersebut dapat dioptimalkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, bos BRI itu menjelaskan jika pemerintah sebagai pengendali Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI atau Inbreng.
Setelah transaksi, BRI akan memiliki 99,99 persen saham Pegadaian dan PNM. Di samping itu, pemerintah akan tetap memiliki satu lembar saham Seri A Dwiwarna pada Pegadaian dan PNM.
“Perseroan merencanakan penerbitan sebanyak-banyaknya 28.677.086.000 saham Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp50. Adapun jumlah lembar saham dan harga pelaksanaan akan disampaikan kemudian,” imbuh Sunarso.
BACA JUGA:
Sementara dana hasil dari aksi korporasi ini akan dimanfaatkan oleh BRI untuk memuluskan rencana pembentukan holding dan selebihnya akan dipakai sebagai modal kerja pengembangan ekosistem bisnis perseroan.
Akibat dari aksi korporasi ini, nantinya laporan keuangan konsolidasian BRI pada 31 Maret 2021 bakal terjadi perubahan, yakni total aset meningkat dari Rp1.411 triliun menjadi Rp1.515 triliun, total liabilitas naik dari Rp1.216 triliun menjadi Rp1.289 triliun, serta laba bersih yang terkerek dari Rp7 triliun menjadi Rp8 triliun.
“PNM akan berperan di fase pemberdayaan, yaitu pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas. Kemudian di fase integrasi, BRI dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun KUR (kredit usaha rakyat),” sambung dia.
"Selanjutnya, pada tahap terakhir adalah pada fase upgrading, holding ultra mikro memungkinkan pelaku usaha naik kelas menjadi nasabah mikro yang berbasis komersial. Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien," tutup Sunarso.