Bagikan:

JAKARTA - Konsultan properti Colliers Indonesia menyatakan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan pengembang properti baik perkantoran maupun apartemen tidak lagi agresif membangun seiring dengan terganggunya aktivitas perekonomian.

"Developer menahan diri agar tidak terlalu agresif dalam membangun," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam paparan properti secara daring di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 8 Juli.

Menurut dia, pada saat ini, kondisinya cenderung pasokan unit properti menurun, begitu pula dengan kecenderungan permintaan yang menurun terhadap berbagai jenis properti.

Padahal, lanjutnya, idealnya kalau pasokan diredam sehingga tidak terlalu agresif dalam penambahannya, maka dari sisi permintaannya seharusnya ada peningkatan.

Ia mengungkapkan beberapa aktivitas pembangunan gedung perkantoran akan mundur waktu penyelesaian konstruksinya, sedangkan gedung yang mulai beroperasi pada kuartal II 2021 ini adalah Trinity Tower (di kawasan CBD atau sentrabisnis Jakarta) dan Wisma Barito Pacific 2 (di luar CBD).

"Pertumbuhan pasok relatif terbatas dalam kurun waktu dua-tiga tahun ke depan. Saat ini, cukup sulit untuk memprediksi kapan pengembang akan memulai pembangunan gedung-gedung baru," katanya.

Ferry juga mengungkapkan hal ini untuk pertama kalinya tingkat hunian perkantoran di kawasan CBD berada di bawah 80 persen, yang terjadi antara lain karena pengurangan luas kantor.

Berdasarkan data Colliers, rata-rata tingkat hunian gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta adalah sekitar 80 persen di daerah Thamrin, 79 persen baik di Sudirman maupun di Satrio, 81 persen baik di Rasuna Said maupun di Gatot Subroto, dan 71 persen di Mega Kuningan.

Sebelumnya, Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia Steve Atherton mengatakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat bakal membuat investor sektor properti lebih berhati-hati.

"Dengan aturan baru PPKM darurat pada 3-20 Juli, investor lokal akan sangat hati-hati," katanya.

Menurut dia, dengan aturan baru tersebut maka pergerakan bisnis sektor properti akan lebih terlokalisasi.

Selain itu, ujar dia, pada saat ini optimisme pasar properti masih tertahan sehingga akan lebih memilih langkah teraman.