Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Amarta Karya Nikolas Agung mengatakan pembangunan Bukit Algoritma menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia dalam upaya penguasaan industri berbasis teknologi 4.0.

Menurut dia, peletakan batu pertama (groundbreaking) yang dilakukan hari ini merupakan bukti jika negara ini sangat concern terhadap pengembangan teknologi guna memberikan manfaat bagi kehidupan luas.

Groundbreaking hari ini adalah usaha Indonesia untuk menguasai teknologi dan berperan aktif dalam kemajuan umat manusia,” ujarnya dalam seremoni yang disiarkan secara virtual dari Sukabumi, Jawa Barat pada Rabu, 9 Juni.

Nikolas menambahkan, manfaat yang diperoleh dari pendirian pusat riset Bukit Algoritma tidak hanya mendatangkan keuntungan dari sisi ilmu pengetahuan tetapi juga aspek ekonomi.

“Melalui Bukit Algoritma maka potensi ekonomi bisa didapat dan berpeluang mendatangkan perusahaan-perusahaan besar untuk hadir di Indonesia yang secara ekonomi memberikan nilai tambah tersendiri,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ikhwan menyebut industri 4.0 merupakan perpaduan antara penguasaan teknologi dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang handal.

“Disinilah kemudian yang menjadi penentu apakah sebuah negara punya daya saing yang kompetitif atau tidak, dan Indonesia sudah mulai mewujudkan hal tersebut,” kata dia.

Lebih lanjut, Nurul menjelaskan jika pembangunan Bukit Algoritma adalah salah satu inisiatif Indonesia untuk melibatkan diri dalam pengembangan ilmu pengetahuan tanpa menunggu dilibatkan oleh pihak lain. Oleh karena itu, langkah strategis ini cukup penting tidak hanya dari sisi science tetapi juga aspek bisnis.

“Pemerintah hanya bisa mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif, tetapi pelaku utamanya tetap para pengusaha itu sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko mencoba menarik minat generasi muda untuk terjun langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui dukungan pendanaan.

“Kalau ada anak muda Indonesia yang bisa bikin software canggih, aplikasi, atau rekayasa genetik, rekayasa komputasi, atau rekayasa atomomik silakan (ajukan), minimal pembiayaan adalah 1 juta dolar AS atau setara Rp14 miliar,” ungkapnya.

Menurut Budiman, kucuran dana tersebut dianggap penting untuk mendorong terciptanya ekosistem pengembangan teknologi di Tanah Air yang selama ini dinilai masih cukup lemah.

“Riset and development kita masih lemah baik itu negara maupun swasta. Untuk itu, we financing your imagination and your innovation,” ucapnya.

Untuk diketahui, pembangunan pusat teknologi Bukit Algoritma mengambil tempat di wilayah Sukabumi, Jawa Barat dengan luas lahan mencapai 888 hektar dengan estimasi nilai proyek mencapai Rp18 triliun.

Dalam pengerjaannya, terdapat tiga entitas usaha yang disebutkan terlibat pada program ini, yaitu PT Kiniku Nusa Kreasi, PT Bintang Raya Lokalestari, dan Amarta Karya.