Bagikan:

JAKARTA - Guru Besar Komunikasi UNAIR Henri Subiakto menyampaikan, bisnis secara online masih akan terus berkembang. Dukungan dari perkembangan teknologi semakin mempermudah pertumbuhan bisnis yang semakin mengarah ke digitalisasi.

"Bisnis online Indonesia 2025 diperkirakan tumbuh 3,7 kali lipat, pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan akses internet yang sudah mencapai kota-kota kecil," ujarnya dalam diskusi Bakti Kominfo yang bertema Seminar Merajut Nusantara bertemakan "Peran Internet dalam Bisnis di Era Globalisasi", dikutip Kamis 3 Juni.

Ia menuturkan, peningkatan pembayaran online di masa pandemi seperti melalui ShopeePay, OVO, GoPay, DANA, LinkAja, perkembangan pembayaran online mengalami kenaikan 40 persen. Kemudian, lanjut dia, berkembang juga model omni channeling dan terjadi kenaikan penggunaan aplikasi-aplikasi hiburan di internet, games lebih 100 persen, TikTok dan lain-lain lebih 20 persen.

"Alasan kenapa harus bisnis online menjangkau pasar yang luas semua orang di seluruh Indonesia bahkan dunia dapat mengakses produk Anda dan melakukan transaksi, tidak harus ada lokasi bebas menentukan lokasi bisnis, karena transaksi dilakukan melalui internet, memangkas biaya dan potensi pendapatan tidak terbatas," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kunci sukses bisnis online yaitu memiliki koneksi internet yang baik, memiliki website dan akun, memiliki analytic website, memiliki dana yang sesuai, kontinuitas dan keteraturan, lindungi privasi pelanggan, riset competitor, dan jangan menyerah.

Terlebih, momentum pandemi COVID-19 yang membuat semua orang membatasi pergerakan, semakin menumbuhkan minat berbisnis secara online.

"Lonjakan penggunaan teknologi digital di masa pandemi, penggunaan aplikasi online seperti belajar, bekerja, konsultasi kesehatan semakin meningkat 443 persen saat di terapkan kebijakan WFH, ritel online juga naik 400 persen," tuturnya.

Ekonomi digital Indonesia, menurut Henri, tetap terbesar di ASEAN. Indonesia memiliki kekuatan 40 persen dari total Negara-Negara ASEAN.

"Pengguna e-commerce di saat pandemi naik 10 juta di Indonesia, terutama barang konsumsi, beauty  dan barang-barang alat kesehatan, kemudian ada pendatang baru 55 persen dari non urban," pungkasnya.