Hancur-hancuran para Maskapai saat Larangan Mudik: Bisnis Kargo Tak Mencukupi, Pangkas Biaya jadi Solusi
Ilustrasi pesawat. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Keputusan pemerintah yang memberlakukan larangan mudik mulai 6 Mei hingga 17 Mei mendatang membawa ketidakpastian tersendiri bagi operator jasa transportasi udara. Pasalnya, sektor industri ini merupakan salah satu yang paling banyak terkena dampak karena peniadaan aktivitas tahunan tersebut.

Terlebih, lini usaha penerbangan dikenal memiliki biaya penyelenggaraan operasional yang sangat besar dengan banyak diantaranya merupakan pemain private alias swasta.

Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan dalam situasi seperti ini sering kali maskapai mengakalinya dengan memfokuskan pada layanan antar barang. Upaya ini ditempuh akibat kontraksi level okupansi pesawat selama masa pandemi.

“Tetapi kalau hanya mengandalkan bisnis kargo tidak akan mencukupi biaya. Apalagi saat ini menjelang periode libur, otomatis aktivitas produksi juga menurun,” ujarnya kepada VOI, Selasa, 4 Mei.

Menurut Alvin, sumbangsih pendapatan dari kegiatan logistik belum bisa menambal kebutuhan operasional maskapai mainstream dalam beraktivitas bisnis. Katanya, strategi optimalisasi usaha kargo dijalankan sebagai langkah sambungan untuk bertahan dalam situasi yang penuh tekanan saat ini.

Oleh karena itu, dia melihat bahwa industri penerbangan hanya memiliki sedikit ruang untuk bisa mengeruk cuan di tengah pelarangan mudik.

“Yang paling mungkin tidak memacu aktivitas bisnis, tetapi justru harus slowdown. Intinya adalah bukan bagaimana menaikan penghasilan namun bagaimana untuk mengurangi kerugian dengan pemotongan biaya (cost cutting),” jelasnya.

Untuk diketahui, 20-30 persen biaya operasional sebuah maskapai biasanya tertuju pada sewa maupun pengadaan pesawat terbang. Sehingga, efisiensi penggunaan armada menjadi kunci menekan anggaran perusahaan agar bisa bertahan.

Dalam kesempatan tersebut Alvin juga memberikan komentar terkait dengan rencana kehadiran maskapai Super Air Jet. Dia mengungkapkan jika airlines bergenre low cost carrier (LCC) itu bisa menjadi pemutus anggapan miring di industri aviasi akibat tekanan bisnis.

Alvin menilai bahwa ada kesempatan bagi industri penerbangan di dalam negeri untuk tetap berkembang berkat kehadiran Super Air Jet.

“Ini bisa malah mengembangkan potensi pasar LCC karena memang jumlahnya konsumennya cukup banyak,” sebut dia.