JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bakal terus melakukan upaya perbaikan belanja fiskal pada kuartal II 2021, khususnya untuk sektor yang telah mengalami perubahan struktur anggaran (redesign).
“Realisasi belanja yang dilakukan pada kuartal I 2021 sangat akseleratif. Tetapi kita masih harus hati-hati pada kuartal kedua ini, terutama pada eksekusi dari belanja-belanja yang sifatnya bermanfaat bagi masyarakat maupun dari sisi belanja produktif, seperti belanja modal,” ujar dia dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK yang disiarkan secara virtual, Senin, 3 Mei.
Sebagai informasi, pada APBN 2021 pemerintah menganggarkan total belanja sebesar Rp2.750 triliun.
Adapun, hingga kuartal I 2021 akselerasi belanja disebutkan sebesar Rp523 triliun yang setara 19 persen dari pagu yang disediakan.
Pencapaian itu juga mengalami pertumbuhan 15,6 persen jika dibandingkan dengan periode kuartal I 2020.
Jika diperinci, belanja modal masuk dalam sekma belanja kementerian/lembaga yang memiliki pertumbuhan paling besar, yakni 41,2 persen year-on-year (y-o-y). Untuk diketahui, belanja modal termasuk dari sektor infrastruktur dasar dan sarana konektivitas lainnya.
Sementara untuk belanja nonkementerian/lembaga tercatat tumbuh 9,9 persen y-o-y, dan transfer ke daerah dan dana desa yang tumbuh 0,9 persen y-o-y pada triwulan pertama tahun ini.
BACA JUGA:
Oleh karena itu, Menkeu menghimbau kepada kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah untuk terus mengawal realisasi penggunaan anggaran di instansi masing-masing agar efektivitas penggunaan dapat tercapai.
“Kita akan terus melihat seluruh rencana belanja dan eksekusinya,” tegas Sri Mulyani.
Di sisi lain, untuk sektor penerimaan pada APBN 2021, direncanakan pendapatan sebesar Rp1.743,6 triliun. Kondisi ini menyebabkan defisit anggaran sebesar Rp1.006,4 triliun atau setara 5,7 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Selisih tersebut kemudian dicukupi oleh pembiayaan negara yang disebar melalui berbagai instrumen keuangan.