JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menerima laporan dari produsen garam lokal, bahwa mereka sudah tidak dapat memasok untuk kebutuhan industri makanan dan minuman (mamin) hingga momen lebaran mendatang.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan, berdasarkan surat yang mereka terima, ada produsen garam yang sudah tidak bisa produksi garam lagi pada Januari ini.
"Kami menerima pemberitahuan dari produsen garam, ada yang sudah tidak bisa produksi dan tidak memiliki stok per Januari ini, ada yang per Februari, ada yang per Maret. Jadi, ini sangat urgent sekali harus ditangani," ujar Adhi kepada wartawan, dikutip Kamis, 16 Januari.
Adhi pun sudah menemui Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi industri mamin tersebut.
Adapun kebutuhan garam untuk industri mamin mencapai 600.000 ton dan dapat dipenuhi petani garam lokal. Sayangnya, dari angka tersebut hanya sekitar 300.000 ton yang bisa terpakai untuk produksi.
"Saya sangat berharap untuk kami tidak harus impor, tapi bagaimana kami mencari solusi. Kalau dalam negeri tidak tersedia, tentunya kami harus ada solusi agar industri makanan tidak berhenti produksi," tegasnya.
Menurut Adhi, industri mamin juga tidak memiliki stok banyak untuk bahan baku garam. Stok hanya bertahan hingga Maret atau jepang momen lebaran.
BACA JUGA:
"Tentunya kami harus mencari cara bagaimana supaya industri makanan dan minuman ini tidak terganggu produksinya, apalagi sekarang menjelang lebaran," tuturnya.
Merujuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 126 Tahun 2022 tentang Pembangunan Pergaraman Nasional, impor garam memang hanya diberikan bagi industri Chlor Alkali Plant (CAP). Sejauh ini, Indonesia telah mengimpor 2,9 juta ton garam dari total kebutuhan garam yang berjumlah 4,9 juta ton per tahun.
Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk memenuhi kebutuhan bahan baku garam industri mamin sesegera mungkin.