JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 13 Februari 2025 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Rabu, 12 Februari 2025, Kurs rupiah spot di tutup naik tipis 0,02 persen ke level Rp16.376 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,09 persen ke level harga Rp16.364 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan investor masih mencerna pengenaan tarif perdagangan yang lebih tinggi oleh Presiden Donald Trump minggu ini, yang diperkirakan berpotensi mendukung inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang.
"Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk mengenakan lebih banyak tarif," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Kamis, 13 Februari.
Ibrahim menyampaikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell semakin menurunkan ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga.
Powell mengatakan, kepada Komite Perbankan Senat pada hari Selasa bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat bahwa Fed telah memangkas suku bunga sebesar 1 persen pada tahun 2024, dan ekonomi tetap kuat.
Menurut Ibrahim, dari pertemuan kebijakan Januari, di mana bank sentral mempertahankan suku bunga tetap dan mengisyaratkan sedikit niat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Sementara dari dalam negeri, perekonomian Indonesia di kuartal I 2025 diperkirakan tetap stabil dengan pertumbuhan sekitar 4,98 persen hingga 5 persen salah satu faktor pendorong utamnaya adalah konsumsi domestik dan investasi.
Ibrahim menyampaikan dukungan kebijakan untuk kelas menengah, juga penting untuk memperkuat ekonomi Konsumsi masih cenderung flat, terbukti dari kondisi net bank balance masih negatif.
"Ini menunjukkan bahwa konsumen telah menghabiskan tabungan mereka untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini, yang tidak bisa berlangsung terus-menerus. Fenomena ini terjadi khususnya di rumah tangga kalangan menengah ke bawah," ujarnya.
Adapun tahun ini terdapat beberapa program yang sudah mulai dijalankan pemerintah. Misal, makan bergizi gratis (MBG), kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 6,5 persen, sejumlah paket stimulus seperti diskon listrik 50 persen selama dua bulan (Januari-Februari 2025) bagi pelanggan listrik dengan daya listrik terpasang hingga 2.200 VA, kebijakan untuk UMKM, dan lainnya.
Sejalan itu, pada kuartal I 2024 juga ada momentum Ramadan, yang biasanya mendorong laju konsumsi rumah tangga.
BACA JUGA:
Ibrahim menyampaikan program MBG yang sudah mulai dijalankan belum terlihat dampaknya secara signifikan pasalnya program ini juga masih bertahap dan belum terealisasi 100 persen.
Menurut Ibrahim, memang program MBG akan mendorong sektor-sektor terkait, seperti logistik, packaging, makanan dan minuman. Namun karena belum berjalan maksimal, program tersebut hanya akan menyumbang 0,1 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025.
Di samping itu, Ibrahim menyampaikan kinerja ekspor juga diperkirakan masih stagnan pertumbuhannya, dan akan tumbuh melambat dibandingkan dengan impor. Kejadian serupa terjadi pada tahun lalu, yang mana impor justru menghambat dorongan pertumbuhan ekonomi di tahun tersebut.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis, 13 Februari 2025 dalam rentang harga Rp16.360 - Rp16.430 per dolar AS.