Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis kendaraan listrik akan mendominasi dalam kurun waktu lima tahun mendatang.

Kemenperin juga sudah mulai menyusun langkah transisi dari industri berbahan fosil, kemudian elektrik atau kombinasi keduanya.

"Kami juga harus mulai menyusun langkah atau transisi dari industri berbahan fosil, kemudian elektrik atau kombinasi dua-duanya. Ini yang perlu betul-betul dipikirkan oleh pemerintah sebagai regulator agar industri tidak mengalami kontraksi," ujar Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza seperti dikutip dari laman resmi Kemenperin, Selasa, 3 Desember.

Pemerintah RI menargetkan penurunan emisi sesuai dengan kesepakatan global 43,2 persen. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah pun telah mengeluarkan sejumlah insentif, seperti penghapusan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), bea masuk 0 persen dan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

"Regulasi ini dirancang untuk mendorong investasi dan akselerasi transisi menuju energi bersih. Sejalan dengan komitmen itu, Kemenperin dengan mengusung multiple pathway approach yang merupakan strategi kami untuk mencapai target tersebut," katanya.

Dalam mempercepat penggunaan kendaraan listrik, telah diterapkan Permenperin Nomor 36 Tahun 2021. Salah satu syarat yang tertuang adalah pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar bisa memanfaatkan insentif fiskal dan nonfiskal.

"Ada banyak produk lokal yang sebenarnya sudah diproduksi di Indonesia. Bahkan, ada beberapa yang sudah mendekati 40 persen. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong supaya pabrikan-pabrikan ini memperbesar komponen lokalnya," tutur Faisol.

Adapun sepanjang periode Januari-Oktober 2024, industri kendaraan bermotor (KBM) roda dua memiliki kinerja produksi sebesar 5,8 juta unit dengan penjualan mencapai 5,4 juta unit dan ekspor CPU sebesar 458 unit.

Demikian juga industri KBM roda empat. Industri ini menunjukkan kinerja positifnya dengan produksi meningkat sebesar 996.000 unit, eskpor CBU mencapai 390.000 unit dan impor CBU sebesar 80.000 unit.

"Angka ini setara dengan pertumbuhan sebesar 6,7 persen dari total keseluruhan pada 2023," pungkasnya.