Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 5 November 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Senin, 4 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,13 persen di level Rp15.753 per dolar AS.

Sementara kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,18 persen ke level harga Rp15.751 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan para investor bersiap menghadapi kemungkinan perubahan arah minggu ini bagi ekonomi global saat Amerika Serikat memilih pemimpin baru, dan kemungkinan akan memangkas suku bunga lagi dengan implikasi besar terhadap imbal hasil obligasi

Selain itu, pasar mengambil beberapa isyarat positif dari pembacaan penggajian nonpertanian AS yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Jumat, yang semakin memperkuat taruhan bahwa pasar tenaga kerja yang mendingin akan membawa lebih banyak pemotongan suku bunga dari Federal Reserve.

"Para ekonom memperkirakan Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin," ujarnya dalam keterangannya dikutip, Selasa, 5 November.

Sementara dari dalam negeri, pasar merespon negative terhadap rilis data Purchasing Managers Indeks (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 masih berada di level kontraksi 49,2 sama seperti bulan sebelumnya.

PMI tersebut telah menunjukkan kontraksi sejak Juli 2024, dimulai dari level 49,3, dan menurun lebih jauh ke 48,9 pada Agustus.

Dengan demikian, sektor manufaktur nasional telah mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut. Sebelumnya, pada Juni, PMI masih berada di level ekpansif di atas 50, yakni 50,7.

Laporan S&P Global menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia mengalami penurunan marginal dalam operasional selama Oktober 2024 dan terus mengalami penurunan pada sisi produksi, permintaan baru, dan ketenagakerjaan sejak September.

Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya aktivitas pasar, yang dalam beberapa kasus dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik, membuat klien bersikap waspada dan menahan aktivitas.

Ketidakpastian geopolitik menyebabkan penurunan permintaan ekspor baru selama delapan bulan berturut-turut, baik di pasar domestik maupun internasional.

Kondisi bisnis yang lesu juga membuat perusahaan mengurangi jumlah staf rata-rata dilakukan tiga kali dalam empat bulan terakhir.

Sementara itu, aktivitas pembelian terus menurun, memperpanjang periode penurunan pada indeks manufaktur Indonesia menjadi empat bulan. Penurunan ini terkait dengan lemahnya tren permintaan baru dan produksi.

Inflasi biaya juga mengalami penurunan pada bulan Oktober, mencapai posisi terendah sejak Agustus 2023.

Ketika harga meningkat, hal ini dikaitkan dengan tantangan panen yang menyebabkan kenaikan harga beberapa bahan pangan.

Secara keseluruhan, tingkat inflasi masih cukup tinggi, yang mendorong perusahaan menaikkan harga, meski hanya dalam skala kecil dan dengan laju di bawah rata-rata.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Selasa, 5 November 2024 dalam rentang harga Rp15.690 - Rp15.770 per dolar AS.