Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan tiga warisan yang ditinggalkannya selama menjabat sebagai pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Kabinet Indonesia Maju.

Sekadar informasi, Budi Karya Sumadi sendiri menjabat sebagai Menteri Perhubungan sejak 2016 silam. Saat itu, Budi ditunjuk Jokowi untuk menggantikan Ignasius Jonan.

Budi mengatakan warisan pertama terkait dengan angkutan lebaran. Dia bilang menciptakan angkutan lebaran merupakan tantangan yang diberitakan Presiden Jokowi dan berhasil menjalankannya.

“Ada tiga. Pertama itu kualitatif, yaitu mudik. Kalau mudik itu adalah kayak eksaminasi untuk kami. Dan yang namanya Pak Jokowi itu nggak pernah memberikan satu homework, satu perintah yang flat. Pasti tantangan, ya,” kata Budi dalam peluncuran buku berjudul ‘BKS dari Underdog jadi Menteri’ di Jakarta, Sabtu, 19 Oktober.

Budi bilang saat mendapat tugas terkait dengan penyelenggaraan angkutan lebaran, dirinya melakukan survei dibantu oleh lembaga survei. Hasilnya, dia bilang, diperkirakan ada 195 juta pergerakan orang saat itu.

“Yang paling membuat saya enggak bisa berkata apa-apa adalah pada saat yang terakhir. Orang saat dibuka tanpa syarat apa-apa, dan kita survei, kita survei, dibantu oleh survei, 195 juta. Gimana itu aturnya? Dan alhamdulillah itu dengan kepuasan yang tinggi, dan itu juga dinyatakan oleh suatu lembaga survei yang baik,” tuturnya.

Budi mengatakan warisan kedua yang ditinggalkannya terkait dengan wilayah informasi penerbangan atau flight information region (FIR). Dia bilang FIR sudah bisa ditangani:

Menurut Budi, sejak 1995 FIR tidak diselesaikan dengan baik. Karena itu, Budi pun mengapresiasi kinerja Kementerian Perhubungan yang berhasil menyelesaikannya.

“Itu sejak tahun 1995 digulirkan untuk diselesaikan dan tidak berhasil. Saya merasa bahwa tim work dari Kementerian Perhubungan luar biasa, karena hampir 100 kali pertemuan dengan Singapura dan beberapa pihak dan memakan waktu hampir 3 tahun. Akhirnya berhasil,” ucapnya.

Budi bilang adanya kemungkinan wilayah Indonesia dikuasai asing. Contohnya, kata dia, Batam. Saat itu, kata dia, ketika melakukan penerbangan ke Batam, komunikasi yang terhubung justru dengan Singapura.

“Bayangkan, ada mungkin kira-kira 10 persen wilayah Indonesia dikuasai oleh negara lain. Hingga kalau kita mau ke Batam, itu halo, halo, Batam, yang nyaut Singapore, dan bayar lagi. Dan itu bisa kita kembalikan menjadi satu bagian dari Indonesia,” tuturnya.

Terakhir, sambung dia, warisan terkait pembangunan wilayah perkotaan. Salah satunya adalah kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dan Kereta Cepat Jakarta Bandung atau yang lebih dikenal dengan Whoosh.

“Coba 10 tahun yang lalu, kebayang nggak kita punya yang namanya MRT? Kagak kan. Pak Jokowi dengan segala kontroversinya, mulai. Saya mengawal dengan susah payah, karena harus berhadapan dengan Jepang yang konservatif sekali. Dia yang mesti kerjakan, tetapi di awal susah berjalan,” ucapnya.

“Lalu kereta cepat. Siapa bayangkan kita punya Whoosh, yang kalau saya ke Singapura pun, dokter bilang, Whoosh kamu gimana? Kan bangga. Biasanya kita kalau dengan Singapura, inferior. Jadi tiga hal itu, ada yang lain mungkin, tapi saya pikir terlalu banyak klaim saya terhadap legasi,” tutupnya.