Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan penandatanganan Kontrak Kerjasama Wilayah Kerja Migas atau Production Sharing Contract (PSC) pada dua wilayah kerja di Sumatera dan Sulawesi dengan skema Cost Recovery.

Penandatangan tersebut memperkuat peranan industri hulu migas sebagai mitra utama Pemerintah dalam membangun ketahanan energi yang berkelanjutan.

Penandatanganan dilakukan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dengan disaksikan Plt. Direktur Jenderal Migas Dadan Kusdiana. Untuk Wilayah kerja Amanah ditandatangani oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama yaitu Direktur PT Medco Energi Amanah Amri Siahaan; Direktur Utama PT Sele Raya Sejati, Ham Eddy Tampi serta Direktur Kufpec Indonesia (Amanah) B.V, Tareq Ebrahim, sedangkan untuk Wilayah Kerja Melati ditandatangani oleh Direktur PT Pertamina Hulu Energi Sulawesi Melati Muhamad Arifin; Direktur SIEI Melati Limited Qin Shenggao dan Direktur Kufpec Indonesia (Melati) B.V Tareq Ebrahim.

Plt Direktur Jendral Migas Dadan Kusdiana menyampaikan bahwa Pemerintah terus mendorong masuknya investasi di sektor hulu migas.

“Kita sama-sama telah menyaksikan penandatanganan kontrak kerjasama wilayah kerja Amanah dan Melati yang merupakan hasil lelang blok migas tahap pertama di tahun 2024," ujar Dadan dalam keterangan kepada media, Senin, 14 Oktober.

Dikatakan Dadan, pemerintah terus menyiapkan blok migas yang baru. Lebih dari 60 blok migas disiapkan untuk 5 tahun kedepan, tahun 2024 akan segera dilakukan penawaran tahap kedua setelah kabinet Pemerintahan yang baru terbentuk.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soejipto mengatakan bahwa Indonesia terus mendorong eksplorasi secara masif untuk mendapatkan cadangan migas.

“Potensi pengembangan Industri Migas dan peluang penemuan cadangan pada blok baru masih sangat besar seiring dengan penambahan minat para investor pada industri hulu migas. Untuk mendukung produksi migas yang berkelanjutan serta upaya mencapai target yang telah ditetapkan dalam long term plan (LTP) yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD), maka temuan cadangan baru harus terus didapatkan,” ujar Dwi.

Ia menambahkan, penandatanganan WK Amanah dan WK Melati menunjukkan bahwa prospek cadangan migas di Indonesia itu masih ada sekaligus menunjukkan keberhasilan Pemerintah untuk terus membangun daya saing industri migas ditengah persaingan yang semakin ketat dengan negara lain serta transisi energi yang tengah berlangsung.

"Ini menunjukkan bahwa industri migas siap dan akan terus menjadi pilar utama ketahanan energi," imbuh Dwi.

Wilayah Kerja Amanah terletak di Sumatera dengan luas wilayah kerja 1.753,15 Km2 akan dioperasikan oleh PT Medco Energi Amanah dengan Nilai Total Komitmen Pasti sebesar 3,15 juta dolar AS atau senilai Rp50.4 miliar dengan melakukan komitmen 3 tahun berupa kegiatan Studi Geologi dan Geofisika, 50 Km2 Seismik 3D.

Untuk Wilayah Kerja Melati yang berada di onshore dan offshore Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, PT Pertamina Hulu Energi Sulawesi Melati akan menjadi operator untuk luas wilayah kerja 8.453,70 Km2. Nilai Total Komitmen Pasti sebesar 12.7 juta dolar setara Rp203 miliar berupa pelaksanaan kegiatan Studi Geologi dan Geofisika, 200 Km2 Seismik 3D, 250 Km2 Seismik 2D dalam tiga tahun kedepan.