Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) Leonardo Manurung mengatakan pihaknya membidik potensi ekspor produk alumina yang dihasilkan dari Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase I Mempawah yang telah mulai melakukan injeksi bauksit.

Asal tahu saja, smelter hasil kerja sama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ini akan menghasilkan 1 juta alumina per tahu. dan akan menyediakan bahan baku pembuatan aluminium yang akan diproduksi oleh Inalum.

Adapun saat ini kebutuhan Inalum akan komoditas alumina untuk produksi aluminium sebesar 600.000 ton per tahun.

"Inalum sebagai pemegang saham kita tentunya yang membutuhkan alumina itu membutuhkan kurang lebih 600.000 ton alumina per tahun. Nantinya sisanya baru kita serah, kita distribusikan untuk kebutuhan, baik domestik maupun untuk diekspor," ujarnya saat ditemui di Mempawah, yang dikutip Rabu,25 September.

Sementara terkait pilihan negara tujuan ekspor, kata Leo, masih beragam dan belum memiliki kontrak jangka panjang. Namun Leo menyebut pihaknya mengkaji potensi ekspor ke China, Jepang hingga Eropa.

"Tentunya Cina dan juga beberapa negara Eropa lainnya termasuk Jepang," imbuh Leo.

Lebih lanjut terkait produksi awal, Leo bilang smelter ini akan menghasilkan 500 hingga 1.000 ton alumina per hari dan akan mencapau 3.000 ton per hari saat beroperasi komersial pada Kuartal I-2025.

"Produksi kita sendiri ini kita dedikasikan penuh untuk inalum. Kita harus memenuhi kebutuhan inalum," tandas dia.

Untuk informasi, smelter ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun 2025, dengan target full production pada kuartal kedua tahun yang sama.

Proyek ini menelan biaya investasi setidaknya senilai 941 juta dolar AS dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun.