MEMPAWAH - Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) hasil kerja sama PT Antam dan PT Inalum melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) diklaim mampu meningkatkan nilai tambah bauksit hingga 16 kali lipat.
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Niko Kanter mengatakan, peningkatan sebanyak 6 kali lipat ini jika dibandingkan dengan ekspor bahan mentah.
Niko merinci, dengan memproses bauksit menjadi alumina di SGAR ini, nilai tambah yang dihasilkan meningkat secara signifikan, yaitu sekitar 4-5 kali lipat saat diubah menjadi alumina, dan hingga 16 kali lipat ketika diolah lebih lanjut menjadi aluminium.
"Jadi betul-betul besar sekali penambahan nilainya," ujar Niko saat ditemui usai peresmain injeksi bauksit perdana di SGAR Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa, 24 September.
Dikatakan Niko, dengan peningkatan nilai tambah ini secara otomatis juga akan turut mengerek harga jual alumina dan aluminium yang dihasilkan.
Niko juga menyebut, dengan adanya smelter anyar ini, Antam yang sebelumnya mengandalkan ekspor bauksitkemudian dapat melakukan hilirisasi dan mengamankan potensi devisa Indonesia.
"Jadi dengan diresmikan ini (SGAR) membuktikan bahwa rantai bauksit ini akan digunakan nilai tambahnya serta hilirisasinya ada di Indonesia," sambung Niko.
Tak hanya itu, SGAR ini, kata dia menjadi wujud nyata sinergi antar-BUMN. DIketahui smelter yang berlokasi di Kabupaten Mempawah ini akan menggunakan bahan baku bauksit yang berasal dari tambang milik Antam.
Nantinya, produk alumina yang dihasilkan smelter ini akan menjadi bahan baku utama bagi PT Inalum yang memproduksi aluminium.
BACA JUGA:
Proyek ini mengintegrasikan produksi bauksit Antam dengan kebutuhan aluminium nasional, mengurangi ketergantungan impor alumina dan mendukung industri aluminium domestik.
"Proyek SGAR menjadi bukti nyata transformasi ekonomi Indonesia melalui hilirisasi, yang akan memperkuat posisi Indonesia di pasar aluminium global," tandas Niko.