Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap terdapat peluang penurunan Fed Fund Rate (FFR) oleh The Fed yang lebih cepat sejalan dengan meredanya ketidakpastian kebijakan moneter di negara maju dan melambatnya tekanan inflasi global.

Perry menyampaikan hal tersebut tercermin di Amerika Serikat (AS), inflasi diperkirakan akan semakin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2 persen di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.

"Perkembangan ini mendorong prospek penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula," tuturnya dalam konferensi pers hasil RDG BI, Rabu, 18 September.

Sejalan dengan itu, Perry menyampaikan yield US Treasury tenor 2 tahun menurun lebih besar sehingga menjadi lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun dan Indeks mata uang AS terhadap mata uang negara utama (DXY) juga melemah.

"Di kawasan Eropa, European Central Bank (ECB) telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya sejalan dengan inflasi yang menurun ke arah sasaran jangka menengah sebesar 2 persen. Di Asia, People Bank of China (PBoC) juga telah menurunkan suku bunga sejalan dengan inflasi yang rendah dan permintaan domestik yang masih lemah," tuturnya.

Perry menyampaikan berbagai perkembangan ini mendorong semakin meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Ke depan, kejelasan arah penurunan suku bunga negara maju khususnya AS diprakirakan akan semakin mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas eksternal negara berkembang," ujarnya.

Perry menjelaskan perkembangan ini akan mendukung kebijakan ekonomi negara berkembang untuk tujuan ekonomi domestiknya dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.