JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6,25 persen, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 September 2024.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky menyampaikan, inflasi Indonesia pada Agustus 2024 sedikit menurun menjadi 2,12 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan 2,13 persen pada Juli 2024.
Menurut Riefky penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga pangan.
Namun, inflasi inti naik menjadi 2,02 persen (yoy), didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi, dan biaya pendidikan.
"Rupiah menguat menjadi Rp15.395 per dolar AS pada pertengahan September, didukung oleh arus modal masuk yang kuat, sementara cadangan devisa mencapai rekor 150,2 miliar dolar AS," ungkap Riefky dalam laporan analis makroekonomi, Rabu, 18 September.
Riefky menilai kondisi tersebut mencerminkan ekonomi yang stabil, meskipun ada ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September 2024.
Namun, Riefky menyampaikan BI perlu berhati-hati dalam menurunkan suku bunga acuan, karena langkah ini penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mencegah volatilitas mata uang dan mengelola risiko yang terkait dengan arus keluar modal secara tiba-tiba.
BACA JUGA:
Menurut Riefky, dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemotongan suku bunga oleh BI belum terlalu mendesak untuk dilakukan di bulan ini.
Selain itu, Riefky menyampaikan dengan menunda pemotongan suku bunga acuan juga berpotensi menguntungkan posisi BI dengan lebih lebarnya ruang gerak BI dalam melakukan pelonggaran moneter di sisa tahun ini apabila dibutuhkan.
"Kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur September ini,” kata Riefky.