JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2024 mencapai 3 miliar dolar AS atau 0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Nilai tersebut sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I 2024 yang mencapai defisit sebesar 2,4 miliar dolar AS atau 0,7 persen dari PDB.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan defisit yang melebar tersebut sejalan dengan surplus neraca perdagangan barang meningkat, dikontribusikan oleh defisit neraca perdagangan migas yang menurun dan surplus neraca perdagangan nonmigas yang relatif stabil.
"Ekspor nonmigas tumbuh positif didukung oleh perbaikan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang utama, sementara impor nonmigas relatif stabil dipengaruhi aktivitas ekonomi domestik yang terjaga," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 23 Agustus.
Menurut Erwin, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi oleh defisit jasa perjalanan (travel) seiring pelaksanaan ibadah haji 2024.
"Defisit neraca pendapatan primer juga lebih tinggi dipengaruhi oleh pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola triwulanan," ujarnya.
Erwin menjelaskan, kinerja transaksi modal dan finansial membaik di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Transaksi modal dan finansial mencatat surplus 2,7 miliar dolar AS pada kuartal II-2024, dari sebelumnya defisit 1,6 miliar dolar AS pada kuartal I-2024.
"Kinerja positif ini terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing pada investasi portofolio di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," ujarnya.
Erwin menyampaikan investasi langsung tetap membukukan surplus sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga.
Investasi lainnya mencatat penurunan defisit dipengaruhi oleh penurunan investasi swasta pada beberapa instrumen finansial luar negeri, di tengah peningkatan pembayaran utang luar negeri swasta sesuai jadwal.
Ke depan, Erwin menyampaikan Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.
"NPI 2024 diprakirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1 persen sampai dengan 0,9 persen dari PDB," ucapnya.
BACA JUGA:
Erwin menyampaikan neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap mencatatkan surplus didukung oleh peningkatan aliran masuk modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi portofolio sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Adapun kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2024 menunjukkan perbaikan dengan alami defisit 0,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan defisit 6,0 miliar dolar AS pada kuartal I-2024.
Erwin menyampaikan perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan kinerja transaksi modal dan finansial yang mencatat surplus serta defisit transaksi berjalan yang tetap terjaga.
"Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tetap tinggi sebesar 140,2 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," jelasnya.