JAKARTA - Sekretaris Jenderal Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) Rian Ernest mengatakan Indonesia berkesempatan menjadi pemain besar di kendaraan listrik (electric vehicle/EV) jika menjadikan sepeda motor listrik sebagai low hanging fruit (peluang bisnis yang mudah dijangkau dan dapat diambil dengan cepat).
“Sebenarnya AEML itu mendorong roda duanya sebenarnya sih. Jadi, kalau bicara kesempatan Indonesia menjadi player (pemain) di kendaraan listrik, mungkin low hanging fruit-nya di roda dua,” katanya dilansir ANTARA, Jumat, 23 Agustus.
Menurut dia, terdapat 120 juta motor yang menggunakan bensin di Indonesia, sementara pengguna motor listrik baru sekitar 100 ribu atau 0,1 persen dari seluruh total jenis motor.
Hal ini menandakan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan dan merakit motor listrik sebagai upaya mengawal ekosistem kendaraan listrik.
“Kita sudah sekian tahun kok, puluhan tahun merakit sepeda motor di Indonesia, masa’ sih kita gak bisa buat gitu (motor listrik). Makanya kan (jenis-jenis motor dalam negeri seperti) Gesits lahir, Alva lahir, Electrum lahir. Nah, tugas kami di AEML adalah mengawal ekosistem ini supaya terus bisa bertahan,” kata Rian.
Dia menganggap, upaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di tanah air merupakan permainan jangka panjang.
Karena itu, dibutuhkan kontribusi besar dari pemerintah untuk memudahkan para pemangku kepentingan di industri tersebut, seperti pemberian insentif dan sebagainya.
“Kontribusi pemerintah, insentif dari pemerintah, itu terus kita galakkan. Dan kita diskusi sama-sama dengan pemerintah, karena lesson learned dari China yang sukses memang harus perlu ada banyak dukungan dan support dari pemerintah di tengah berbagai pekerjaan rumah pemerintah yang fiskalnya banyak,” katanya.
BACA JUGA:
Pihaknya optimistis perkembangan industri lokal kendaraan listrik akan semakin besar, terutama industri roda dua.
AEML sendiri disebut memiliki anggota industri lokal motor listrik, misalnya Electrum, Alva, Viar, hingga Volta.
“Itu industri lokal yang sebenarnya terus fight di industri yang sebenarnya masih infant ini. Makanya, kami AEML ini adalah lembaga advokasi yang memperjuangkan kepentingan anggota kami. Kami berdiskusi, berdialog, dan kami sadar rekan-rekan stakeholder dari sisi pemerintah juga senang kok kalau dapat teman diskusi,” ujar Rian.