Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto diketahui menargetkan 75 GW pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2040.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengatakan, sejatinya dari sisi sumber pembangkit EBT, potensi yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah.

Pasalnya, Indonesia dilalui oleh ring of fire atau cincin api Pasifik yang menyebabkan Indonesia memiliki potensi energi panas bumi.

Meski demikian, Arthur mengeluhkan, rendahnya investasi dan pendanaan pada pembangkit EBT.

"Dari sisi suplai bukan menjadi masalah di Indonesia. Yang kita perlu tingkatkan adalah bagaimana supaya proyek-proyek yang ada itu menjadi bankable atau financeable," ujarnya dalam Energy Corner yang dikutip Rabu, 11 Desember.

Dikatakan Arthur, pengusaha pembangkit listrik membutuhkan dukungand ari lembaga pendanaan agar proyek pembangkit EBT semakin menarik untuk digarap dengan cepat.

"Supaya proyek-proyek tersebut menjadi semakin atraktif sehingga lembaga pendana dan sponsor baik dari Indonesia maupun lembaga-lembaga sponsor dari dunia bisa melihat ini sebagai sesuatu yang bisa menjadi low hanging fruit," terang Arthur.

Lebih lanjut, Arthur menjelaskan, terkait potensi EBT, Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi panas bumi khususnya di Pulau Sumatera d Pulau Jawa.

Indonesia, kata dia, juga memiliki sumber EBT lain yang potensinya belum dipetak secara baik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau angin.

"Kita tahu seperti pembangkit listrik tenaga angin yang ada di Jeneponto, Sulawesi Selatan bisa direplikasi lagi karena Indonesia Timur punya potensi pengembangan EBT dari sisi sumber tenaga angin sangat banyak," tandas Arthur.