Bagikan:

JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) segera memperluas pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi pembangkit listrik dengatan total kapasitas mencapai 41 GW.

Hal ini merupakan terobosan korporasi dalam melaksanakan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission pada 2060.

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, hidrogen merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor karena energi tersebut tidak menghasilkan zat sisa pembakaran atau emisi karbon.

"Sistem hidrogen sebenarnya sudah lama digunakan di pembangkit listrik untuk mendinginkan generator," kata Edwin, Rabu 10 Juli.

Sebagai provider utama untuk pengembangan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan, PLN melalui subholdingnya PLN Indonesia Power pun akan mengembangkan pembangkit listrik dengan energi berbasis hidrogen.

Berdasarkan roadmap, akan ada 41 GW listrik yang dihasilkan dari energi hidrogen.

"Pengembangan hidrogen merupakan salah satu roadmap yang dimiliki PLN untuk mencapai target national determined contribution (NDC) di 2030 dan net zero emission di 2060," tuturnya.

Asal tahu saja, NDC merupakan komitmen dan upaya suatu negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

Edwin menambahkan, rencananya pada 2023 sampai 2030 akan dilaksanakan pengembangan energi hidrogen dan amonia sebagai turunan dari hidrogen, pada pembangkit listrik sebagai bahan bakar pengganti energi fosil.

"Tentu ini akan banyak memberikan banyak manfaat, karena zero carbon dan penghematan biayanya sangat tinggi. Jadi inilah yang terjadi jika kita menggunakan hidrogen," lanjut Edwin.

Diketahui, PLN Indonesia Power telah totalitas dalam mengembangkan energi hidrogen di Tanah Air, dengan menyediakan infrastruktur hidrogen dari hulu hingga hilir. Di sisi hulu, PLN Indonesia Power telah menjadikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang resmi menjadi penghasil hidrogen hijau (green hydrogen) berbasis panas bumi pertama di Asia Tenggara.

Selain itu PLN Indonesia Power juga akan mengembangkan PLTP lain sebagai produsen hidrogen, yaitu PLTP Gunung Salak, Ulubelu, Darajat, Lahendong dan Ulumbu.

Menurut Edwin, hidrogen menjadi salah satu energi bersih yang akan mendukung pelaksanaan transisi energi dan pencapaian Net Zero Emission pada 2060, sebab itu PLN Indonesia Power berkomitmen terus melakukan pengembangannya.

"PLN Indonesia Power akan menunjukkan komitmen kepada dunia, bahwa kami menggunakan hidrogen untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan," pungkas Edwin.