Bagikan:

JAKARTA - Kendaraan listrik (EV) di Indonesia kini menjadi perhatian utama dari berbagai pihak, tak terkecuali dari Asosiasi Elektrifikasi Mobilitas Listrik (AEM).

Ketua Umum AEML Dannif Danusaputro, menyatakan mobilitas listrik atau ramah lingkungan sepenuhnya bisa dicapai melalui tiga pilar, yakni Supply, Demand, dan Enabler.

“Dari sisi demand, pemerintah sudah meluncurkan Sistem Informasi Pengelolaan Data Kendaraan Listrik (Sisapira) yang subsidi Rp7 juta, ini untuk meningkatkan demand dan ini sudah berjalan,” kata Dannif dalam pemaparannya kepada media di bilangan SCBD, Jakarta, Kamis, 22 Agustus.

Selain itu, ia mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan segalanya untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik, seperti pembebasan ganjil-genap untuk EV sehingga memberikan keuntungan bagi penggunanya.

Namun, hal ini dinilai kurang karena pertumbuhan kendaraan listrik belum semasif yang diharapkan sehingga perlu upaya lainnya agar masyarakat berminat untuk transisi dari kendaraan bahan bakar ke ramah lingkungan.

Sekretaris Jenderal AEML Rian Ernest, mengatakan bahwa pertumbuhan EV tidak akan berkembang bila masyarakat tidak mendapatkan edukasi yang cukup mengenai hal ini. Hal tersebut dinilai penting dalam meningkatkan daya minat masyarakat memiliki kendaraan listrik sendiri.

“Jadi memang berbicara soal penggunaan EV, edukasi publik harus terus kita sampaikan ke media sosial dan lain,” jelas Rian.

Rian juga menerangkan bahwa pihaknya selalu mengedukasi masyarakat soal kendaraan listrik dalam berbagai hal, terutama perihal kekhawatiran penggunaan baterai.

“Baterai motor listrik kalau kita pakai dengan baik seharusnya tidak ada masalah. Ini yang terus kita galakkan dari sisi memastikan semuanya berjalan baik,” pungkas Rian.