JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menargetkan, bahwa penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui metode penilaian kredit atau credit scoring akan berlaku di Indonesia tahun depan.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus berproses untuk menyempurnakan metode tersebut.
"Ini sedang proses, ya. Mudah-mudahan dalam beberapa tahun ini akan selesai," ujar Yulius kepada wartawan di Gedung Kemenkop UKM, Jakarta, Senin, 12 Agustus.
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, Yulius menilai bahwa skema ini mampu meningkatkan penyaluran KUR. Selain itu, credit scoring juga membuat tingkat rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) dalam posisi aman.
"Berdasarkan uji coba yang kami lakukan ada kenaikan 5 persen dengan teknologi ini san NPL-nya tetap antara 5-6 persen," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengaku sudah berbicara kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani soal skema credit scoring atau penilaian kredit.
Adapun credit scoring merupakan salah satu upaya Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) untuk mendorong agar ada integrasi model credit scoring ke pelaku UMKM. Sehingga, bisa mendapatkan akses pembiayaan lebih mudah.
"Alhamdulillah perkembangan credit scoring sudah bagus. Kemarin, kami sudah bicara dengan Menkeu, bicara dengan OJK. Dan di OJK juga sedang disiapkan infrastruktur atau kebijakan yang memungkinkan bisa terlaksana dengan credit scoring," ujar Teten saat membuka acara Indonesia Clothing Summit 2024 di Gedung Smesco Indonesia, Jakarta, Kamis, 1 Agustus.
Teten tak menampik bahwa dalam praktiknya sendiri, sudah ada beberapa bank yang mulai menerapkan skema tersebut.
BACA JUGA:
"Dalam praktiknya, bank juga sudah mulai menggunakan kredit scoring. (Walaupun) masih dalam skala kecil," katanya.
Dia sangat optimistis dengan penerapan credit scoring, nantinya UMKM akan mendapatkan akses pembiayaan yang lebih mudah ke depannya.
"Saya optimistis kalau dengan credit scoring. Artinya, ada data alternatif di luar data historik kredit, itu bisa makin banyak UMKM yang sebenarnya memenuhi syarat untuk menerima kredit perbankan," ucap Teten.