Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 31 Juli 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 30 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,12 persen di level Rp16.300 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,20 persen ke level harga Rp16.320 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan fokus pasar beralih sepenuhnya ke suku bunga AS. Kehati-hatian ini membuat para pedagang bias terhadap dolar. 

"Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan pada hari Rabu," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 31 Juli.

Selain itu, sinyal apa pun tentang kapan berencana untuk mulai memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat. Pasar secara umum memperkirakan pemotongan 25 basis poin pada bulan September, tetapi pemotongan suku bunga lebih lanjut masih diragukan.

Ibrahim menyampaikan serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari Tiongkok telah mengguncang pasar baru-baru ini. Aktivitas manufaktur Tiongkok kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga pada bulan Juli, menurut jajak pendapat Reuters pada hari Senin. 

Pada hari Senin juga, Citi memangkas perkiraan pertumbuhan Tiongkok menjadi 4,8 persen dari 5 persen setelah pertumbuhan kuartal kedua negara itu tidak memenuhi perkiraan analis, dengan catatan bahwa aktivitas ekonomi semakin melemah pada bulan Juli. 

Dari sisi internal, posisi utang pemerintahan naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024 atau tiga bulan jelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.  Kemenkeu merincikan, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12 persen. 

Mengutip buku APBN Kita, posisi utang pemerintah pada Juni 2024 ini mengalami peningkatan dari Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024 (month-to-month/mtm). Dengan posisi utang tersebut, rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,85 persen. Per akhir Juni 2024, tercatat lembaga keuangan memegang sekitar 41,1 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 22,1 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 19,0 persen.  

Kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia (BI) tercatat sekitar 23,1 persen yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,9 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.

Selain itu, pemerintah konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal. Selain itu, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan jangka waktu menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif. 

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 31 Juli 2024 dalam rentang harga Rp16.290 - Rp16.350 per dolar AS.