Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai di tengah ketidakpastian global membuat peningkatan arus investasi yang masuk ke Indonesia kecil.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyampaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tetap dibawah pertumbuhan rata-rata pra pandemi hingga 2025 menimbulkan multiple down side risk seperti menimbulkan peningkatan volatile harga dan suplai pangan di pasar dan juga energi global.

“Dunia usaha menilai bahwa kondisi global tidak supportive untuk peningkatan investasi ke Indonesia,” tutur Shinta dalam agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin, 29 Juli..

Shinta menyampaikan hal tersebut menciptakan potensi terhadap short inflasi tambahan terutama di negara importir pangan dan energi seperti indonesia dan menyebabkan moneter titanic dan financial strap.

"Beban financial yang tinggi yang berkepanjangan dan terutama terjadi perlambatan dari segi pertumbuhan ekonomi di negara-negara utama khususnya Amerika Serikat, China, dan juga beberapa yang rekan dagang indonesia seperti Jepang, UK dan Jerman yang sudah jelas mengalami krisis ekonomi," ucapnya.

Dengan belum membaiknya kondisi perekonomian global, Shinta menyampaikan dampaknya akan terasa pada perekonomian Indonesia terutamanya suku bunga pinjaman riil yang saat ini belum kompetitif.

"Nanti juga akan ada dampaknya terutama saya mau menggaris bawahi mengenai suku bunga pinjaman yield yang saat ini mungkin masih kurang kompetitif," ucapnya.

Shinta menyampaikan selanjutnya efek ketidakpastian global akan membuat Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke dalam negeri cenderung berkurang dan kinerja ekspor RI juga diperkirakan akan terdampak.

“Ekspor kita juga makin mengecil, dan demand ekspor kita juga menurun. Ditambah adanya peningkatan cost (logistic) karena adanya peningkatan fragmentasi global dari pengaruh geopolitik di Timur Tengah,” ungkapnya.

Shinta menjelaskan dampak rambatan global ini tidak hanya akan mengurangi masuknya investasi asing, melainkan juga investasi yang berasal dalam negeri.

“Jadi walaupun kami sangat apresiasi pemerintah terus menumbuhkan proyeksi investasi, tapi saya rasa perlu adanya antisipasi. Sejak kuartal II 2023 sudah terjadi pelemahan pertumbuhan FDI dan kinerja ekspor, yang menyebabkan defisit neraca berjalan,” ujarnya.