JAKARTA - Analis Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan, konflik Iran-Israel yang semakin memanas akan menambah panjang daftar scaring effect usai pandemi COVID-19 yang dalam tahap pemulihan.
"Dampak secara global akan memberikan pengaruh trickle down effect terhadap ekonomi nasional," ujarnya dalam keterangannya, Jumat, 19 April.
Oleh sebab itu, menurut Ajib perlu melihat indikator-indikator ekonomi makro Indonesia, untuk mengukur ketahanan dalam mengahadapi ketidakpastian global ini dan paling tidak ada 4 hal yang perlu kita perhatikan.
Ajib menyampaikan indikator pertama yaitu berasal dari tren pertumbuhan ekonomi. Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang cukup agresif pasca pandemi, bahkan diatas 5 persen. Adapun pada ahun 2023 mencapai angka 5,05 persen dan diproyeksikan akan mencapai kisaran 5,2 persen secara agregat di akhir tahun 2024.
"Kedua, Inflasi. Dengan selisih ekspor-impor yang masih positif, potensi eskalasi inflasi akibat bahan baku impor, diprediksi masih akan dalam rentang daya tahan inflasi, dan sampai akhir tahun 2024 tidak melebihi 3,5 persen," tuturnya.
Ajib menyampaikan indikator ketiga berasal dari Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita. Adapun pada Tahun 2023 Indonesia mempunyai PDB sebesar Rp20.892,4 triliun. Angka ini masuk ke dalam 16 besar dunia dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta orang atau nomor 4 besar dunia, sehingga PDB perkapita Indonesia mencapai 75 juta rupiah atau setara 4.919 dolar AS.
"Dengan PDB yang masih nomor 16, sedangkan jumlah penduduk nomor 4, maka potensi ekonominya masih sangat besar," tuturnya.
Adapun indikator keempat yaitu keseimbangan primer keuangan negara. Ajib menyampaikan kondisi neraca keuangan negara masih dalam keseimbangan primer yang positif, artinya total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran hutang, masih positif.
"Hanya, yang perlu dicermati adalah, ketika pemerintah membuat proyeksi nilai tukar rupiah dalam kisaran Rp15.000, maka pembayaran hutang luar negeri akan mengalami kenaikan, ketika rupiah terus melemah dibandingkan dolar," jelasnya.
BACA JUGA:
Ajib menyampaikan, pemerintah perlu fokus dalam 3 hal utama untuk penguatan ekonomi dalam negeri yaitu hilirisasi, orientasi ekspor dan substitusi impor, serta peningkatan kualitas investasi yang bisa lebih menyerap tenaga kerja.
"Dengan beberapa indikator yang ada, ekonomi nasional masih cenderung bagus dan bertahan positif dalam ketidakpastian global, sepanjang pemerintah konsisten mendorong program-program yang pro dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri," pungkasnya.