Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membenarkan kabar terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil. Sebagian, kata dia, terjadi di Jawa Barat.

Bahlil bilang, PHK tersebut terjadi karena investor memutuskan untuk merelokasi pabriknya ke daerah di luar Jawa Barat.

Namun, lanjutnya, ditemukan juga PHK dilakukan karena pabriknya sudah tidak beroperasi.

“PHK massal ini, saya harus menyampaikan benar apa yang disampaikan terjadi PHK di beberapa tempat. Khususnya di Jawa Barat PHK-nya ini ada dua. Satu adalah relokasi pabrik dari Jawa Barat ke daerah lain di daerah Jawa itu ada ditemukan, ada juga yang memang pabriknya ditutup,” tuturnya dalam konferensi pers, di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Senin, 29 Juli.

Menurut Bahlil, ada dua persoalan yang menyebabkan gelombang PHK di industri tekstil terjadi cukup besar. Pertama, kata dia, karena peralatan yang dipakai sudah tua.

“Masalahnya ada dua. Pertama, mesinnya sudah tua, yang kedua biaya ekonominya sudah tinggi dibandingkan negara-negara lain,” jelasnya.

Bahlil menilai, kondisi tersebut harus dicarikan jalan tengahnya. Di satu sisi hak-hak buruh harus bisa terpenuhi dengan baik.

Sedangkan di sisi lain, buruh juga harus memperhatikan keberlangsungan perusahaan dengan produktivitas kerjanya.

“Kalau ini tutup yang rugi kita semua. Lapangan pekerjaan tutup, industrinya tidak jalan, pendapatan negara berkurang,” ucapnya.

“Tapi jangan sedih karena ada yang pergi ada yang datang. Contoh kemarin kita meresmikan pabrik sepatu di kawasan industri Batang di Jawa tengah itu menciptakan lapangan pekerjaan 2.000 lebih,” sambungnya.