JAKARTA - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang yang berlokasi di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, terus memacu produksi 4 juta ton alumina yang ditargetkan terpenuhi pada 2026 untuk mendukung program hilirisasi, sehingga bisa meningkatkan nilai tambah (value added) dari sumber daya mineral domestik.
"Saat ini, di KEK Galang Batang juga sedang dilakukan tahap pengembangan produksi menjadi 4 juta ton alumina yang ditargetkan tahun 2026 dan akan meningkatkan nilai ekspor," kata Pemilik KEK Galang Batang George Santos dilansir ANTARA, Jumat, 26 Juli.
Santos menjelaskan, kawasan ekonomi khusus tersebut tumbuh menjadi sentra industri pengolahan mineral hasil tambang (bauksit) dan produk alumunium turunannya, baik dari tahap pemurnian (refinery) maupun proses peleburan (smelting).
Menurut dia, pihaknya telah berhasil memproduksi dan mengekspor alumina yang membuat kawasan khusus ini memiliki daya tarik investasi di Indonesia.
Hingga 2023 investasi yang sudah direalisasikan di KEK Galang Batang mencapai Rp20 triliun, dan pada 2024 ditargetkan investasi Rp30 triliun.
BACA JUGA:
Dia menyampaikan KEK ini juga menjadi role model dalam pengembangan kawasan industri yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan ekspor, sehingga pengembangan kawasan utama wilayah ini semakin kompetitif dan berkembang, karena memiliki infrastruktur pelabuhan dengan kapasitas bongkar muat di atas 20 juta ton per tahun dan PLTU yang dikembangkan hingga 2.000 megawatt.
Saat ini, lanjut Santos, kawasan khusus tersebut sedang dibangun sejumlah pabrik industri, di antaranya pabrik caustic soda, pabrik garmen, pabrik solar panel, serta pabrik batu kapur.
"Kami berharap KEK Galang Batang bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, dan bisa mendukung terus program hilirisasi yang sudah diarahkan Presiden Jokowi," kata dia.