Bagikan:

JAKARTA - Ecolab, pemimpin global dalam keberlanjutan, bertujuan membantu industri menghemat 300 miliar galon air pada tahun 2030. Perusahaan ini fokus menangani masalah mendesak terkait kelangkaan air dengan mendorong industri dan bisnis untuk menerapkan strategi penghematan air dan mencapai tujuan keberlanjutan, sejalan dengan tema 'Air untuk Kesejahteraan Bersama' pada 10th World Water Forum yang baru-baru ini diadakan di Bali, Indonesia.

Di forum tersebut, para pemimpin global, pakar, dan pemangku kepentingan mendiskusikan peran penting penggunaan air yang berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya air terintegrasi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi, kesetaraan sosial, dan lingkungan.

Air merupakan komponen penting dalam operasi bisnis, dan sebagai bagian dari upaya mengatasi krisis iklim dan kelangkaan air, Ecolab baru-baru ini merilis studi The Global Water Assessment Tracker yang dilakukan di 15 negara tempat Ecolab beroperasi, termasuk di Indonesia. Studi ini dirancang untuk meneliti kondisi pengelolaan air dengan mengukur manfaat dan penggunaan air.

"Mengatasi krisis air yang mendesak membutuhkan pemikiran transformatif tentang konservasi air. Ecolab WatermarkTM Study menekankan pentingnya para pemimpin untuk secara aktif terlibat dalam melindungi sumber daya vital kita, air. Studi ini berfokus pada air dan perspektif konsumen tentang kondisi pengelolaan air melalui pentingnya air, penggunaannya, hubungannya dengan iklim, dan tanggung jawab sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah, perusahaan, LSM, atau individu untuk secara efektif menangani tantangan global yang kritis ini," kata Gregory Lukasik, senior vice president and market head, Ecolab Southeast Asia, dikutip Rabu 17 Juli.

Di Indonesia, studi ini mengungkapkan bahwa 89 persen penduduk mengharapkan pemerintah untuk mengambil tindakan lebih besar dalam memastikan fasilitas publik yang efisien, seperti menerapkan denda yang lebih tinggi bagi mereka yang mencemari pasokan air publik. Selain itu, 85 persen responden berharap adanya investasi global yang lebih besar dalam penggunaan air yang efisien.

Konsumen percaya bahwa perusahaan harus didenda karena ketidakefisienan, bukan individu yang dikenai pajak atas penggunaan air. Selain itu, 79 persen responden menyatakan bahwa air bersih adalah prioritas utama dan setuju bahwa pengelolaan air bersih adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan sektor swasta.

Evan Jayawiyanto, assistant vice president and country head, Ecolab Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi multi-pemangku kepentingan untuk pengelolaan sumber daya air negara yang berkelanjutan di tengah-tengah upaya pembangunan.

"Saat Indonesia berupaya mencapai tujuan pembangunannya, permintaan akan air bersih akan meningkat, sehingga penting untuk memiliki perencanaan mendalam dan menerapkan regulasi pengelolaan air yang lebih ketat," katanya.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya kebijakan yang ketat untuk menjamin bahwa industri mengelola air secara bertanggung jawab. Sebagai pemimpin dalam pengelolaan air, Ecolab menyediakan berbagai alat, solusi, dan teknologi, bersama dengan keahlian, untuk memfasilitasi penerapan praktik pengelolaan air cerdas di antara pelanggannya.

Dengan meningkatkan kesadaran dan menekankan kekuatan kerjasama dan kemajuan teknologi, Ecolab menegaskan kembali keyakinannya pada kapasitas inovasi untuk mendorong pertumbuhan dan menghasilkan keuntungan yang bermanfaat bagi masyarakat, planet, dan bisnis.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana Ecolab bekerja dengan pelanggan untuk membantu menyelesaikan masalah paling kompleks di dunia di tengah lanskap yang berubah, kunjungi www.ecolab.com/expertise-and-innovation/people-planet-business-health.