JAKARTA - Sebuah penelitian menyatakan air laut di Teluk Jakarta mengandung parasetamol. Studi pencemaran air di pesisir Ibu Kota ini dimuat dalam sebuah jurnal bertajuk Science Direct pada Agustus 2021.
Merespons penelitian itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta mengaitkan temuan tersebut dengan kondisi pandemi COVID-19 yang melanda di Indonesia dan hampir seluruh dunia. Riza menyebut limbah farmasi seperti pembuangan obat meningkat sejak pandemi.
"Memang sejak adanya COVID-19 kan limbah farmasi meningkat," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Oktober.
Riza menuturkan, saat ini Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup DKI sudah menindaklanjuti dengan upaya antisipasi untuk memastikan semua limbah medis dari penanganan COVID-19 disalurkan ke tempat2 pengelolaan limbah, sesuai dengan aturan yang ada.
Sejauh ini, Riza menilai tidak ada masalah yang berarti atas temuan kandungan parasetamol di perairan Jakarta, terkait dengan peningkatan pencemaran limbah.
"Jadi, masyarakat atau siapapun jangan smbarangan membuang sampah, apalagi limbah obat-obatan. Kita jaga lingkungan kita, laut kita, kita jaga kebersihannya dan juga ekosistem kita," ungkap dia.
BACA JUGA:
Diketahui, hasil penelitian mengenai kandungan paraswtamol yang dilakukan tersebut diungkapkan jika di Angke memiliki konsentrasi tinggi akan kandungan Paracetamol, yakni 610 ng/L, dan Ancol sebesar 420 ng/L.
Dalam studi tesebut, hal ini adalah penelitian pertama yang menganalisis gambaran kualitas air laut berkaitan dengan kontaminasi parasetamol di perairan pesisir sekitar Indonesia. Namun, para ilmuwan menyebut studi gambaran awal ini masih membutuhkan analisis lebih lanjut.
"Mengingat pertimbangan obat-obatan sebagai kontaminan yang muncul, data ini menunjukkan penyelidikan lebih lanjut diperlukan," ungkap peneliti yang terdiri dari Wulan Koagouw, Zainal Arifin, George WJ Olivier, dan Corina Ciocan.