Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mempertahankan ekspetasi inflasi akan tetap berada di level 1,5 persen hingga 3,5 persen pada 2024.

"Kami mempertahankan ekspektasi inflasi untuk tetap berada dalam kisaran target 1,5 persen - 3,5 persen untuk tahun ini," jelasnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 2 Juli.

Josua menyampaikan pada semester II 2024, risiko kenaikan akan datang dari penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis, yang masih tergantung pada keputusan pemerintah yang tertunda atas kebijakan ini.

Menurut Josua jika pemerintah memutuskan untuk menunda kebijakan tersebut, inflasi dapat lebih rendah dari yang diharapkan.

"Risiko inflasi lainnya dapat berasal dari potensi penyesuaian harga energi jika Rupiah terus melemah," jelasnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi pada Juni 2024 sebesar 2,51 persen atau melandai dari inflasi tahunan di Mei 2024 sebesar 2,84 persen. Sementara inflasi dalam tahun kalender atau year to date (ytd) sebesar 1,07 persen.

Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi menyampaikan inflasi pada Juni 2024 lebih melandai jika dibandingkan dengan bulan Juni 2023.

"Secara year on year terjadi inflasi pada Juni 2024 sebesar 2,51 persen dan secara tahun kalender year to date terjadi inflasi 1,07 persen," ucapnya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin, 1 Juli.

Imam menyampaikan terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 103,68 pada Juni 2023 menjadi 106,28 pada Juni 2024.

Menurut Imam inflasi pada Juni 2024 secara tahunan ini terutama didorong oleh inflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau. Kelompok tersebut pada Juni 2024 mencatat inflasi sebesar 4,95 persen dengan andil inflasi sebesar 1,40 persen.

Sementara itu komoditas utama penyumbang inflasi antara lain yaitu beras, cabai merah dan sigaret kretek mesin.

Sedangkan komoditas lain di luar kelompok makanan minuman dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi cukup signifikan antara lain adalah emas perhiasan, tarif angkutan udara dan nasi dengan lauk.

"Tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi inflasi tertinggi terjadi di Papua pegunungan dengan inflasi sebesar 5,65 persen sedangkan inflasi terendah dapat kita lihat terjadi di Kepulauan Bangka Belitung dengan inflasi sebesar 1,08 persen," ujarnya.

Adapun secara bulanan, terjadi deflasi pada Juni 2024 yang tercatat sebesar 0,08 persen secara bulanan atau month to month (mom).