Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menekankan ketahanan pangan Indonesia harus bersumber dari produksi dalam negeri. Demi wujudkan itu, pemerintah terus menyokong kalangan petani untuk menggiatkan produktivitasnya, terutama tanaman pangan.

Hal ini disampaikan Arief dalam acara ‘Gerakan Tanam Jagung’ bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Semin, Gunungkidul, DIY.

“Jadi jangan ketahanan pangan Indonesia itu didasarkan pada impor saja. Kuncinya ada di ada di bapak ibu semua, sedulur petani,” tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa, 2 Juli.

Apalagi, sambung Arief, belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun melemah dan menembus level Rp16.400. Karena itu, dia menilai ini adalah kesempatan untuk menggenjot produksi pangan dalam negeri.

“Kalau dikaitkan dengan kondisi kurs hari ini, bagaimana dampaknya ke pangan nasional? Saya mau sampaikan lagi kalau hari ini waktunya kita produksi dalam negeri, sehingga kita bisa penuhi kebutuhan dalam negeri dan ini yang harus didukung oleh semua pihak. Ini kesempatan kita sekarang produksi dalam negeri, karena harganya pasti bagus,” imbuhnya.

Karena itu, Arief meminta Kementerian Pertanian agar dapat memastikan dukungan terhadap petani, misalnya benih dan pupuk.

“Sementara, Bapanas akan mempersiapkan di fase pasca panen seperti penyerapan oleh peternak unggas dan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah yang defisit,” jelasnya.

Menurut Arief, penegasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai ancaman kekeringan dan dampaknya terhadap ketersediaan pangan harus dimitigasi sejak saat ini. Terlebih World Bank dalam publikasi ‘Indonesia Economic Prospects’ yang dirilis Juni ini menyebutkan inflasi dan harga pangan pokok seperti beras, daging ayam, dan telur sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Arief juga bilang fenomena El Nino pada 2023 memang telah menyebabkan kondisi yang lebih kering daripada biasanya dan berdampak pada produksi pangan di Indonesia.

“Persiapan pangan kita hari ini perlu percepatan, perlu konsentrasi penuh, karena memang ada climate change. Untuk itu, kepada Bulog tugasnya adalah menyerap dengan harga yang baik, jadi tak boleh harga GKP di bawah Rp6.000 per kilo,” tuturnya.

“Target penyerapan Bulog juga tidak dibatasi, Bulog harus serap sebanyak-banyaknya. Pokoknya tugas Kementan itu siapkan produksi, lalu untuk penyerapan dan jaga harga agar tidak jatuh itu NFA dan Bulog. Kita bagi tugasnya begitu,” sambungnya.

Arief bilang langkah ini diambil agar di akhir tahun sampai dengan awal tahun depan, Indonesia punya Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang cukup. CPP itu salah satunya untuk bantuan pangan beras yang akan terus kita lanjutkan di Agustus, Oktober, dan Desember.

“Berasnya harus yang kualitas bagus, tidak boleh jelek, dan kita perlu bangga dalam satu dua bulan terakhir, beras yang didistribusikan adalah produksi dalam negeri,” tutup Arief.