Bagikan:

JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan ketahanan pangan menjadi salah satu sektor penting dan strategis dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Arief bilang pangan menjadi komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pilar utama pembangunan nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.

“Karena itu, membangun ekosistem pangan nasional menjadi penting, yang mencakup tiga aspek ketahanan pangan mulai dari ketersediaan, keterjangkauan, hingga pemanfaatannya,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 26 April.

Dari aspek ketersediaan pangan, Arief mengungkapkan bahwa stok pangan, khususnya pangan pokok strategis saat ini dalam kondisi yang aman dan cukup.

Meskipun begitu, Arief mengatakan tetap harus terus mencermati ketidakpastian situasi global, geopolitik, climate change, dan gangguan pasokan pangan antarnegara.

“Sebab hal ini akan memengaruhi harga pangan global yang bisa berdampak pada fluktuasi harga pangan di dalam negeri. Karena itu, penting untuk membangun ekosistem pangan nasional yang kuat,” ungkapnya.

Di sisi lain, Arief mengatakan, dengan dukungan regulasi yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), saat ini pihaknya tengah memperkuat CPP dengan mengoptimalkan peran dan fungsi Perum Bulog dan BUMN pangan sebagai offtaker hasil petani atau peternak.

Dia bilang hal ini juga selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar CPP dapat menjadi instrumen untuk stabilitasi pasokan dan harga pangan, bantuan pangan, maupun keadaan darurat.

“Untuk beras kita secured di atas 1 juta ton dan saat ini di tengah kondisi panen raya kita terus mendorong Bulog untuk menyerap hasil gabah/beras petani di dalam negeri untuk mengisi cadangan beras pemerintah,” terangnya.

Arief mengatakan peningkatan produksi pangan dalam negeri tentunya akan memberikan dampak positif bagi upaya-upaya lanjutan dalam aspek menjaga keterjangkauan pangan. Seperti memastikan pangan tersebut merata dan dapat diakses baik secara fisik maupun ekonomi.

“Ini juga berkaitan erat dengan upaya pengurangan daerah rentan rawan pangan, penurunan gizi buruk, hingga pengentasan stunting,” katanya.