JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mande mengatakan, kelangkaan gula pasir di ritel modern karena distribusi terhambat libur lebaran.
Karena libur lebaran, sambung Roy, distributor tutup. Dengan begitu, pengiriman pasokan kepada ritel-ritel modern tertunda.
Kelangkaan gula pasir di ritel modern masih terjadi meskipun pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menaikkan Harga Acuan Pemerintah (HAP) gula konsumsi menjadi Rp17.500 per kilogram (kg).
“Pada saat di kasih relaksasi dari 5 April kan itu libur lebaran, jadi otomatis pemerataan saluran atau pengiriman gula itu ya, semuanya libur otomatis tertunda,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 25 April.
Namun, sambung Roy, distribusi sudah mulai berjalan saat ini. Bahkan, pasokan gula dengan HAP Rp17.500 per kg sudah mulai membanjiri ritel modern.
“Minggu lalu sudah mulai bergerak, sehingga sekarang di ritel-ritel kalau di liat yang harga Rp17.500 sudah mulai banyak, karena memang bukan terkendala ya, memang libur panjang,” jelasnya.
Awal Mula Gula Langka
Roy menjelaskan, awal mula kelangkaan gula pasir di ritel modern karena harga beli gula jauh lebih tinggi dari harga jual yang dipatok HAP. Karena itu, para pengusaha sempat mendesak adanya relaksasi HAP.
“Harga belinya di atas harga jual ya pasti barang akan langka, berarti harus ada relaksasi terhadap harga acuan dan HET. Sehingga supaya harga belinya di bawah harga jual, karena kalau enggak ada pelaku usaha yang mau beli mahal,” ujarnya.
BACA JUGA:
“Belinya tinggi karena jualnya HET atau acuan, itu yang menyebabkan langka,” sambungnya.
Namun, Roy memastikan bahwa saat ini pasokan gula konsumsi di ritel-ritel modern sudah mulai merata.
“Jadi kalau dibilang langka itu karena perbedaan harga beli dan harga jual. (Sekarang) sudah mulai merata,” tuturnya.