Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pemerintah tidak memiliki rencana untuk merevisi harga eceran tertinggi (HET) beras saat ini, meskipun harga beras saat ini tengah mengalami kenaikan.

Hal ini disampaikan Bayu sekaligus menanggapi permintaan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) agar HET beras premium direlaksasi. Permintaan ini dilatarbelakangi agar ada titik tengah harga baik untuk distributor beras dan ritel di tengah mahalnya harga beras.

“Tegas. HET tidak disesuaikan. HET sudah diputuskan Presiden tidak disesuaikan. Jadi tetap,” katanya di kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa, 13 Februari.

Terkait dengan kelangkaan beras premium termasuk beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di ritel modern, Bayu mengatakan bahwa sebenarnya pasokan beras ada dan cukup. Pasalnya, setiap permintaan dari ritel selalu dipenuhi Perum Bulog.

“Jadi, kami tahu ada beberapa yang kosong. Kalau disebutkan, ada (stoknya), saya tidak menyebutkan tidak ada, toko modern yang tidak ada berasnya. Tapi sebagian lebih besar ada dan cukup,” jelasnya.

Bayu bilang Bulog telah menyalurkan SPHP sebanyak 226.000 ton sejak awal tahun hingga 12 Februari lalu. Jumlah ini sudah termasuk ritel modern hingga kios-kios beras di pasar tradisional.

“SPHP kita mulai dari kemarin udah langsung digerojok, sebagai catatan nasional sampai 12 Februari sudah disalurkan 226.000 ton SPHP secara nasional,” jelasnya.

Kata Bayu, dalam kurun waktu 10 hari di bulan Februari, Bulog sudah kucurkan 60.000 ton beras SPHP di Jakarta.

“Kemarin Senin, kami sudah langsung bekerja. Kita kirim ke Hypermart 40 ton, ke Ramayana 50 ton, Lotte kami kirim 10 ton, Alfamart 30 ton, Indomaret 50 ton, Indogrosir 40 ton. Jadi begitu diperintah langsung kita jalan. Semua itu untuk di Jakarta saja. Bulog enggak diem aja,” katanya.