Harga Beras Premium Mahal, Pengusaha Ritel Tak Bisa Ikuti Batas HET
Ilustrasi Beras (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pengusaha ritel modern mengakui harga beras semakin mahal. Hal ini membuat aturan harga eceran tertinggi (HET) beras premium yang berlaku selama ini, kini tak bisa lagi diikuti.

Apalagi, beras premium yang dijual melalui ritel modern pun kini melampaui batas HET yang ditetapkan pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusana Ritel Indonesia, Roy Nicholas Mandey membenarkan hal tersebut. Kata dia, harga tebus beras saat ini mahal. Hal ini karena belum memasuki masa panen raya padi.

Lebih lanjut, Roy mengatakan kenaikan signifikan harga beras di retail modern mulai terjadi sejak bulan Februari 2023.

“Kenyataannya demikian (naik). Karena beras itu belum panen raya dan tebusnya juga mahal. (Naik) baru akhir bulan ini,” ujarnya saat ditemui disela Pertemuan Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis, 23 Februari.

Sekadar informasi, sejauh ini harga beras yang masih bisa mengikuti sepenuhnya aturan pemerintah yakni beras Bulog baik jenis medium maupun premium. Sedangkan, produsen swasta tak semua lagi bisa dijual sesuai HET.

Adapun HET beras premium yang berlaku saat ini sebesar Rp12.800 per kg atau Rp64.000 per kg dalam kemasan 5 kilogram (kg) yang biasa dijual di retail. Harga tersebut berlaku untuk zona I.

Namun, karena harga beras yang kian tinggi, harga beras premium di retail modern yang diterima konsumen juga lebih tinggi.

Kata Roy, regulasi pemerintah seharusnya tetap dilaksanakan oleh pelaku perberasan sekaligus retail modern. Namun, Roy mengatakan kondisi saat ini berbeda.

“Tapi, karena keadaan sekarang, semua berusaha untuk meminimalkan (kenaikan) walaupun kenyataan itu belum terjadi tapi dalam proses meminimalkan,” ujarnya.

Meski begitu, Roy meyakini harga beras di toko retail modern akan turun jika panen raya sudah dimulai yang diproyeksi pada bulan Maret-April 2023.

“Bisa turun, begitu sudah panen raya. Begitu supply-nya diguyur berlimpah, pasti demandnya kan tetap maka bisa turun. Diprediksi setelah panen. Mudah-mudahan sebelum HBKN Idulfitri udah turun, satu minggu sebelum HBKN,” katanya.