JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa ada juga yang mencoba merayunya untuk menggunakan pinjaman online (pinjol) melalui berbagai media, salah satunya SMS di gadget atau handphone.
"Masif sekali sekarang itu offering berbagai hal. Anda lihat saja SMS Anda itu, banyak sekali. BPKP Anda bisa dipakai untuk ini. Anda tanya, ibu dapat nggak itu? Dapat saya juga. Saya ditawari pinjaman tiap hari. Sama kayak ibu-ibu," ujar Sri Mulyani dalam acara Edukasi Keuangan BUNDAKU OJK, Selasa, 25 Juni.
Sri Mulyani mengingatkan apabila masyarakat tidak berhati-hati, akan dapat menjadi korban. Oleh sebab itu, Ia menekankan untuk masyarakat khususnya perempuan untuk paham terkait literasi keuangan agar tidak terjebak dalam penawaran investasi bodong hingga pinjaman online ilegal.
"Jadi kalau kita sendiri tidak punya pertahanan, and then kita lah yang kemudian menjadi korban, kita tuh target," ucapnya.
Menurut Sri Mulyani penggunaan gadget seperti dua mata pisau dapat memiliki manfaat ataupun ancaman lantaran gadget yang dimiliki tidak dapat melakukan screening atau memeriksa secara otomatis mana pesan yang berupa scam atau penipuan.
"Jadi pertahanannya ada di mana sekarang? Pertahanannya ada di dalam kepala dan hati Anda. Karena gadget ini jadi teman dan sekaligus dia ancaman," ujarnya.
Oleh Sebab itu, Sri Mulyani senang mendengar bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi terus melakukan program literasi dan inklusi keuangan. Hal ini termasuk juga dengan membuat program yang khusus menyasar perempuan.
"Perempuan itu menjadi salah satu strategic constituent yang sangat penting di dalam menciptakan awareness atau kesadaran mengenai pentingnya opportunity, yaitu kesempatan untuk maju menggunakan teknologi digital, dan juga dari sisi menjaga diri sendiri maupun keluarga serta masyarakat," katanya.
Menurut Sri Mulyani, dengan program literasi dan inklusi keuangan, masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang bergerak begitu cepat di dalam era digitalisasi seperti sekarang ini.
"Kita yang mampu untuk memahami, oh kalau ada perubahan, perubahannya seperti ini, bagusnya seperti ini, resikonya seperti ini, saya akan memilih, termasuk tadi ibu-ibu sekalian setiap hari makin punya tabungan, arisan nya makin gede, pasti makin banyak penawaran. Jadi hati-hati," tuturnya.
BACA JUGA:
Sri Mulyani berharap kedepannya dengan program literasi dan inklusi keuangan dapat terus menciptakan human capital yang positif dan cepat beradaptasi dan harus berpikir kritis kedepannya.
"Saya sebagai bendahara negara, kalau bendahara negara dikit-dikit, bu ada tawaran, terus meleleh, ya susah. Bendahara negara harus critical thinking-nya. Pokoknya kalau makin datangnya dengan tawaran yang melimpah-limpah, Anda langsung tahu itu pasti menipu," tegasnya.
Sri Mulyani menjelaskan terkait literasi dan inklusi keuangan merupakan hal yang penting dan mampu berpikir logis dalam menilai penawaran-penawaran yang diberikan. Apabila ada penawaran yang terlalu menguntungkan, jangan mudah percaya.