Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita bahwa indeks kualitas udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berada pada kategori tidak sehat.

Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan sambutan dalam peresmian peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan gedung kantor PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk di Ibu Kota Nusantara (IKN), Rabu, 5 Juni.

"Tadi pagi saya membandingkan indeks kualitas udara di Jakarta, Singapura, Melbourne dan Paris. Di jakarta 176, di Singapura 44, di Melbourne 38 dan di Paris 38. Dan standar udara yang baik (indeksnya) adalah 0-50, di Jakarta jauh sekali dari standar. Saya kira bukan Jakarta, tapi Jabodetabek," ujar dia.

Jokowi pun optimistis nantinya IKN akan memiliki kualitas udara yang baik. Mengingat, Nusantara sendiri akan dirancang sebagai kota hijau (green), cerdas (smart), tangguh (resilient), inklusif dan berkelanjutan (sustainable).

"Di Nusantara memang belum diukur (indeks kualitas udaranya), tetapi saya meyakini pasti di sekitar 20-an. Apalagi, kalau kendaraan-kendaraan (konvensional) sudah tidak boleh (digunakan di IKN). Yang dibolehkan hanya kendaraan listrik (electric vehicle)," ucapnya.

"Karena penggunaan energi di sini juga yang diperbolehkan adalah energi hijau. Inilah konsep Nusantara ke depan," pungkasnya.

Pada laman resmi IQAir yang dipantau di Jakarta, Rabu, 5 Juni, pukul 08.59 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 173, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 86 mikrogram per meter kubik.

Konsentrasi tersebut setara 17,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Situs pemantau kualitas udara dengan waktu terkini tersebut mencatatkan bahwa Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara peringkat pertama terburuk di dunia setelah Kota Lahore di Pakistan dengan angka 166.