Bagikan:

JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mencetak kinerja positif hingga akhir 2020 meski terimbas pandemi COVID-19 serta fluktuasi dan lesunya harga batu bara dunia. Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,4 triliun hingga 31 Desember 2020.

Meski membukukan kinerja positif, namun laba BUMN pertambangan ini turun sekira 41,23 persen sepanjang 2020 jika dibandingkan laba tahun 2019 yang sebesar Rp4,05 triliun.

Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp17,3 triliun. Aset perusahaan per Desember 2020 tercatat masih kuat berada di angka Rp24,1 triliun, dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas 3 bulan sebesar Rp5,5 triliun atau 23 persen dari total aset.

"Ini cukup menggembirakan. Sebab di era pandemi banyak perusahaan yang alami kesulitan dan Alhamdulillah kami bisa keluar dari masalah keuangan perusahaan," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 12 Maret.

Lebih lanjut, Arviyan mengatakan kinerja PTBA sepanjang 2020 terdampak oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India.

Sementara itu, kondisi tersebut terjadi juga di dalam negeri, yang mana merupakan pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik.

"Karena turunnya permintaan konsusmsi listrik industri berkurang produksinya, sehingga tidak mau kurangi penjualan kita," tuturnya.

Apalagi, lanjut Arviyan, harga batu bara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020. Berawal di angka 65,93 dolar AS per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah 50 dolar AS per ton pada September 2020.

Kemudian, HBA mulai merangkak naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka 59,65 dolar AS per ton pada Desember 2020. Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batu bara di pasar global.

Meskipun begitu, kata Arviyan, rata-rata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level 58,17 dolar AS per ton.

"Efisiensi merupakan salah satu strategi Bukit Asam untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara," ucapnya.

Arviyan mengatakan strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA di segala lini adalah dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi.