Bagikan:

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal terkait keberlanjutan program bantuan pangan beras.

Dia mengaku akan mengumumkannya pada bulan Juni mendatang.

Sekedar informasi, program bantuan pangan beras sendiri telah memasuki tahap kedua di 2024 ini.

Adapun dalam program ini bantuan yang diberikan berupa beras sebanyak 10 kilogram (kg) per kepala keluarga (KK).

Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, dirinya akan lebih dulu melihat kondisi fiskal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebelum memutuskan melanjutkan program tersebut.

“Jadi nanti saya akan lihat yang namanya fiskal anggaran APBN. Nanti bulan Juni akan saya umumkan, tapi kelihatannya bisa dilanjutkan. Bapak ibu berdoa bersama ya,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat, 31 Mei.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan jika anggarannya tersedia, kemungkinan program bantuan pangan beras ini dapat dilanjutkan hingga Desember 2024.

“Nanti kelihatan keputusannya nanti di Juni ini. (Misalnya) oh ada anggarannya, (bisa) terus sampai Desember,” jelasnya.

Jokowi pun lantas bertanya kepada penerima manfaat program bantuan di Lubuklingau, Sumatera Selatan terkait dengan kondisi beras yang dibagikan.

“Ada keluhan mengenai berasnya? Menurut saya, berasnya lebih bagus dari yang saya makan. Itu beras yang kita bagi itu (kualitas) premium. Kalau ada keluhan silakan (sampaikan) itu ada yang ngurus yang namanya Bulog,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menyatakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog sampai 28 Mei tercatat tembus hingga 1,8 juta ton.

Arief meyakini total stok tersebut akan terus bertambah, karena Bulog secara konsisten menyerap hasil panen beras dalam negeri.

“Kita pahami program bantuan pangan beras ini terus kita jalankan dan bersumber dari stok CBP. Untuk itu, penguatan stok CBP di saat produksi dalam negeri menjadi atensi utama kami. Ini karena kita ingin di masa depan saat musim kering melanda atau terjadi suatu kondisi pangan global, kita mampu mengatasinya dengan penyaluran CBP untuk membantu masyarakat melalui berbagai program,” jelas Arief.

Menyadur ‘Global Report On Food Crises 2024’ yang disusun Food Security Information Network (FSIN) dan Global Network Against Food Crises, cuaca ekstrem menjadi salah satu penyebab utama kerawanan pangan akut tingkat tinggi sedikitnya bagi 18 negara dengan lebih dari 72 juta penduduknya.

Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2022 yang kala itu terdiri dari 12 negara dengan 56,8 juta penduduk yang terdampak rawan pangan akut.

Disebutkan pula El Nino dan fenomena cuaca perubahan iklim telah menjadikan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.

Dalam proyeksi 2024 ini, banjir dan cuaca ekstrem akibat angin muson dan angin topan masih menjadi kekhawatiran, terutama di kawasan Asia.

Karena itu, Arief mengaku akan terus memantau dan memastikan Stok CBP dalam kondisi yang baik.

Per hari ini sudah mencapai 1,8 juta ton dan ini akan terus bertambah.

“Estimasi panen beras menurut KSA (Kerangka Sampel Area) BPS (Badan Pusat Statistik) sampai Mei, masih ada surplus terhadap konsumsi bulanan beras. Jadi ini memang waktunya CBP terus ditambah, sehingga nanti saat musim kemarau, pemerintah leluasa menyalurkan dalam membantu masyarakat,” tandasnya.

Menilik data KSA BPS hasil amatan April 2024, produksi beras Januari sampai Juli diproyeksikan dapat mencapai 18,74 juta ton.

Dari total itu diestimasikan dapat terjadi surplus produksi terhadap konsumsi di angka sekitar 650.000 ton.

Pada April 2024, estimasi produksi beras di angka 5,31 juta ton.

Lalu Mei 2024, produksi diperkirakan dapat berada sampai 3,58 juta ton, dan pada Juni 2024 di 2,01 juta ton serta Juli 2024 di 2,15 juta ton.

Sementara realisasi penyerapan beras produksi dalam negeri oleh Perum Bulog sampai 26 Mei total telah menyentuh 601.000 ton.

Ini terdiri dari pengadaan untuk CBP 517 ribu ton dan beras komersial 83.000 ton.

Sebagai komparasi, realisasi pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog pada tahun 2023 total keseluruhan selama setahun berada di angka 1,066 juta ton.