Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keuangan mencatatkan realisasi belanja hingga April 2024 untuk subsidi sebesar Rp51,8 triliun. Angka ini turun 16,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp62 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan turunnya subsidi ini terutama karena dipicu menurunnya subsidi energi, khususnya dari Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sri Mulyani menjelaskan realisasi tersebut terdiri dari subsidi energi yang mencapai Rp42,4 triliun, dan subsidi nonenergi mencapai Rp9,4 triliun.

“Realisasi ini turun 16,5 persen, ini enggak sedikit atau turun cukup tajam. Tapi ini tentu akan kita lihat perkembangan, dari konsumsinya, volume, kurs dan harga minyak,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin, 27 Mei.

Sri Mulyani menyampaikan realisasi subsidi ini terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang disalurkan sebanyak 4,3 juta kiloliter atau turun 2,6 persen dari periode sama tahun lalu yang tersalurkan 4,4 juta kiloliter.

Sementara untuk subsidi LPG 3 kg direalisasikan sebanyak 2 juta metrik ton atau tumbuh 0,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang telah tersalurkan 1,99 juta metrik ton.

Sedangkan untuk subsidi listrik disalurkan kepada 40,3 juta pelanggan atau naik 3 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yang telah disalurkan kepada 39,2 juta pelanggan.

Selanjutnya, untuk subsidi kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan oleh perbankan telah mencapai Rp90,5 triliun atau naik 68,7 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Sri Mulyani menjelaskan, realisasi KUR yang tumbuh cukup tinggi ini dipengaruhi dorongan penyaluran KUR, lantaran pada tahun lalu penyaluran KUR kurang optimal. Kemudian, penyaluran debitur KUR hingga April 2024 meningkat 65,7 persen atau mencapai 1,6 juta orang.

"Jadi ini bagus bahwa operasi mengenai APBN memberi manfaat sangat luas, dari mulai penyaluran KUR, LPG, dan listrik, serta BBM," pungkasnya.