Bagikan:

JAKARTA - Dinamika politik dan ekonomi global kian dinamis seiring dengan banyaknya isu global yang terjadi beberapa waktu terakhir. Akan tetapi, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap tangguh dan bisa tetap stabil. Hal ini menjadi bahasan dari Webinar Global and Domestic Investment Strategies yang digelar oleh Sinarmas Sekuritas (SimInvest).

Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy memperkirakan pertumbuhan kuartal II 2024 yang cukup kuat.

“Untuk pertumbuhan PDB sendiri kami perkirakan sebesar 5,1 persen-5,2 persen, dimana pertumbuhan 2Q24 masih akan cukup kuat di 5,3 persen dimana dukungan dari belanja pemerintah maupun investasi masih cukup kuat," jelasnya dalam keterangannya, Minggu, 26 Mei.

Isfhan juga menilai macro backdrop yang tidak terlalu berubah memberi fondasi yang kuat untuk Pasar saham untuk recovery di semester 2024, dengan target IHSG di 7,800 dengan asumsi 13.7x P/E.”

Selain itu, Sinarmas Sekuritas memperkirakan trade surplus akan terus berada di atas 3 miliar dolar AS secara bulanan sepanjang sisa tahun 2024 dan akan mencapai 3,6 miliar dolar AS secara rata-rata di kuartal IV 2024.

Menurut Isfhan penopang utama akan datang dari beroperasinya mega smelter Freeport Dan Amman Minerals yang diperkirakan akan membawa tambahan sekitar 300 juta dolar AS per bulan pada kuartal IV 2024 nanti.

Isfhan menyampaikan hal ini akan berdampak pada current account dimana Sinarmas Sekuritas perkirakan akan berbalik Dari defisit menjadi kembali surplus sebesar 0,2 persen hingga 0,3 persen terhadap PDP di kuartal III 2024 hingga kuartal IV 2024.

Namun secara tahunan current account akan tetap defisit sebesar 0,2 persen terhadap PDP di Karenakan defisit cukup besar terjadi di kuartal 2024 yang mencapai 1,1 persen terhadap PDB.

Head of Fixed Income Research Sinarmas Sekuritas Aryo Perbongso menyampaikan tensi geopolitik di Timur Tengah yang sudah menurun yang menyebabkan penurunan harga minyak WTI sebesar 8,2 persen.

“Akan tetapi, cadangan devisa Indonesia turun sebesar 4,2 miliar dolar AS menjadi 136,2 miliar dolar AS pada April 2024 karena tingginya pembayaran utang luar negeri dan intervensi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Inflasi melambat menjadi 0,25 persen (mom) dan 3,0 persen (yoy) di bulan April, dipengaruhi oleh deflasi harga bahan makanan pasca-Ramadhan.” terangnya.

Aryo menyampaikan PDB Indonesia pada kuartal I 2024 tumbuh sebesar 5,11 persen, didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi swasta, meskipun ini merupakan pertumbuhan terendah untuk kuartal Ramadhan sejak 2017, kecuali tahun COVID-19.

Adapun, Defisit Transaksi Berjalan melebar menjadi 2,161 juta dolar AS, dan Neraca Pembayaran keseluruhan menunjukkan defisit sebesar 5,97 miliar dolar AS.

Selain itu, Yield obligasi pemerintah sedikit menurun, dengan yield obligasi bertenor 10 tahun diperkirakan turun menjadi 6,72 persen di tengah volatilitas pasar yang berlanjut dan kekhawatiran ekonomi AS.