Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih bergerak fluktuatif hampir menyentuh Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Rabu, 22 Mei.

Adapun nilai tukar rupiah hari Rabu, 22 Mei 2024, Kurs rupiah spot ditutup melemah 0,02 persen ke level Rp15.995 per dolar AS.

Sementara kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,18 persen ke level harga Rp15.995 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) perry Warjiyo berharap, pasar tidak perlu khawatir lantaran secara keseluruhan kondisi nilai tukar rupiah akan cenderung stabil dan menguat pada tahun ini.

“Enggak usah kaget, enggak usah bingung Rp15.990 alhamdulillah, yang penting stabil ya di sekitar Rp16.000 bahkan menuju Rp15.900 dan seterusnya,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu, 22 Mei.

Perry menjelaskan, nilai tukar rupiah secara keseluruhan cenderung stabil dan akan menguat pada tahun ini.

Menurut Perry, stabilitas nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan empat bauran yang dilakukan BI yaitu, pengelolaan aliran portofolio modal asing, yang mana saat ini modal asing sudah masuk ke dalam negeri, menariknya imbal hasil, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik jika dibandingkan negara emerging market dan komitmen BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dia mengatakan, nilai tukar rupiah hingga 21 Mei 2024 kembali menguat 1,66 persen (point to point), setelah pada April 2024 melemah 2,49 persen (point to point).

"Penguatan nilai tukar rupiah didorong oleh dampak positif respons bauran kebijakan moneter Bank Indonesia pada April 2024," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu, 22 Mei.

Perry menyampaikan respons kebijakan ini mendorong aliran masuk modal asing, terutama ke SBN dan SRBI, sebesar 4,2 miliar dolar AS hingga 20 Mei 2024.

Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Won Korea, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 4,91 persen, 5,52 persen, dan 5,99 persen.

Ke depannya, Perry menyampaikan nilai tukar rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh imbal hasil yang menarik sejalan dengan kenaikan BI-Rate, premi risiko yang turun, prospek ekonomi yang lebih baik, dan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah.

Selain itu, Perry menyampaikan Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, termasuk melalui penguatan strategi operasi moneter pro-market dengan mengoptimalkan instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

"Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," tuturnya.