JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia siap mendukung negara-negara paling rentan di Asia dan Pasifik guna mencapai kawasan Asia dan Pasifik yang sejahtera, inklusif, berketahanan, dan berkelanjutan.
"Indonesia siap mendukung negara-negara paling rentan di Asia dan Pasifik melalui kerja sama dengan mitra pembangunan lainnya termasuk Asian Development Bank (ADB) dan juga secara bilateral melalui Indonesian Agency for International Development," kata Menkeu Sri Mulyani dalam keterangan ADB di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 8 Mei.
Hal tersebut disampaikan Menkeu Sri Mulyani dalam Pertemuan Tahunan Ke-57 ADB yang diselenggarakan pada 2-5 Mei 2024 di Tbilisi, Georgia.
Sri Mulyani menekankan bahwa upaya bersama dalam pemulihan ekonomi, penguatan infrastruktur kesehatan regional, dan fasilitasi pendanaan transisi, dapat mempercepat kebangkitan Asia, mendorong pemulihan, meningkatkan konektivitas, dan mendorong inisiatif reformasi.
"Bersama-sama, kita bercita-cita membangun masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk kawasan Asia dan Pasifik," ujarnya.
Menkeu menuturkan negara-negara yang paling rentan di Asia dan Pasifik termasuk negara-negara berkembang kepulauan kecil dan negara-negara yang rentan dan terkena dampak konflik menghadapi tantangan yang paling sulit, termasuk perubahan iklim dan risiko bencana, pembangunan infrastruktur dan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
Faktor-faktor struktural seperti prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang rendah, kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam, dan tingginya biaya layanan publik dan infrastruktur, serta perang atau konflik menjadikan negara-negara tersebut sangat rentan.
"Dalam konteks ini, saya sangat yakin bahwa ADB perlu memainkan peran yang lebih kuat dalam menangani agenda-agenda penting ini guna mendukung pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara yang paling membutuhkan, termasuk melalui ADF," tuturnya.
Indonesia sebagai salah satu negara donor sangat mendukung penambahan Dana Pembangunan Asia atau Asian Development Fund (ADF) 14 dan selalu mendesak ADB untuk meningkatkan fokusnya pada negara-negara berkembang kepulauan kecil dan negara-negara yang rentan dan terkena dampak konflik .
"Kami menegaskan dedikasi yang teguh terhadap kolaborasi berkelanjutan dengan ADB dan para anggotanya untuk menciptakan perubahan positif dalam kehidupan masyarakat," ujarnya.
Ia mengatakan Indonesia berkomitmen untuk terus melakukan reformasi dan menerapkan pendekatan baru untuk mempertahankan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
"Kami sangat yakin bahwa berbagi pengalaman, pengetahuan, dan dukungan di antara para anggota, selain program dukungan ADB, merupakan hal yang sangat relevan," tuturnya.
Untuk itu, Indonesia siap bekerja sama dan berbagi pengalaman dengan anggota ADB lainnya melalui program Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular. Pendekatan Kerjasama Selatan-Selatan menawarkan cara non-tradisional dalam memperoleh pembelajaran yang lebih bersifat horizontal dan berdasarkan pada konsep solidaritas.
Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) dan para donor menyetujui penambahan dana sebesar 5 miliar dolar AS untuk Dana Pembangunan Asia atau Asian Development Fund (ADF) 14 dan Technical Assistance Special Fund (TASF) 8 milik ADB. Indonesia termasuk negara donor yang memberikan kontribusi dalam penambahan dana tersebut.
BACA JUGA:
Penambahan dana ADF 14 untuk mendukung masyarakat paling rentan di Asia dan Pasifik tersebut disepakati dalam Pertemuan Tahunan ke-57 ADB di Tbilisi, Georgia.
"Penambahan dana ADF 14 ini sekitar 22 persen lebih tinggi dibandingkan 4,1 miliar dolar AS yang tersedia di ADF 13, dan akan memberikan volume hibah ADF terbesar yang pernah ada kepada anggota ADB yang memenuhi syarat," kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam konferensi pers di The Biltmore Hotel, Tbilisi, Jumat (3/5).
ADF 14 memprioritaskan bantuan khusus kepada negara-negara berkembang kepulauan kecil yang sangat rentan terutama terhadap perubahan iklim, dan kepada negara-negara yang berada dalam situasi rentan dan terkena dampak konflik.
ADF merupakan sumber hibah terbesar ADB untuk operasi di negara-negara anggotanya yang merupakan negara berkembang yang termiskin dan paling rentan, dan ditambah kembali setiap empat tahun.