Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) menyampaikan strategi perusahaan di tengah keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.

Direktur Utama Bankjatim, Busrul Iman menjelaskan, dengan kenaikan suku bunga acuan BI secara praktis akan menaikan suku bunga yang lain. Namun pihaknya memutuskan untuk mengambil langkah wait and see.

Dikatakan Busrul, terdapat dua cara perusahaan dalam menanggi keputusan kenaikan suku bunga acuan. Pertama, menaikkan suku bunga namun pihaknya masih harus melihat kemampuan market.

"Buat apa saya naikkan itu kemudian menciptakan NPL baru. Jadi rasanya kami melihat ke dalam dulu, adakah efisiensi yang bisa kami lakukan seperti menekan biaya dana," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 29 April.

Dengan menekan biaya dana, lending rate yang dilempar bankjatim akan lebih diterima oleh nasabahb sehingga bisa meningkatkan profit perusahaan.

Langkah kedua, lanjut dia, untuk menjaga rasio kredit bermasalah atau NPL, pihaknya perlu melakukan beberapa langkah konkrit. Di tengah situasi biaya dana yang tinggi Busrul menyebut perlu melakukan pemetaan atau mapping terhadap kondisi internal perusahaan. Apalagi saat ini LDR perusahaan pada 3 bulan pertama di tahun 2024 mencapai 70 persen sehingga masih ada ruang pertumbuhan untuk kredit.

"Outstanding kami masih mampu tumbuh. Market maupun sektor produktif tumbuh secara eksponensial. NPL kami juga masih terjaga bahkan yoy mengalami penurunan. Ini situasi positif bagi kami sebagai BPD," pungkas dia.

Asal tahu saja, bankjatim di triwulan I tahun 2024 mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 18,76 persen yoy.

Angka tersebut di atas pertumbuhan rata-rata nasional yang hanya sebesar 12,40 persen yoy dengan komposisi kredit konsumtif sebesar Rp31,3 triliun atau meningkat 7,40 persen yoy dan kredit produktif sebesar Rp25,6 triliun atau meningkat 36,34 persen yoy.