Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara terkait keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Airlangga menganggap keputusan tersebut merupakan langkah yang positif dan tepat dilakukan oleh BI untuk menyeimbangkan nilai tukar rupiah setelah neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 surplus tinggi.

"Tentu pertama ada momentum di mana neraca perdagangan kita positif, jadi momentum ini penting untuk menyeimbangan supply dan demand," jelasnya di kantornya, Kamis, 25 April 2024

Airlangga mengatakan, kebijakan BI menaikkan suku bunga akan memperkuat nilai tukar rupiah, setelah neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 surplus tinggi.

Sebagai informasi, neraca ekspor-impor Indonesia per Maret 2024 meningkat menjadi sebesar 4,47 miliar dolar AS dari Februari hanya 830 juta dolar AS.

"Jadi yang paling penting dalam menjaga currency itu dengan kita punya trade balance dan terakhir BI kan trade balance kita yang biasanya sudah mulai menurun ini mengingkat kembali ke 4 miliar dolar AS lebih," kata Airlangga.

Airlangga berujar, ini juga merupakan langkah baik yang dimanfaatkan oleh Bank Indonesia untuk memperkuat pasokan dolar di Indonesia.

"Ini sebuah angka yang baik dan angka yang baik ini kami lihat dimanfaatkan oleh BI momentumnya, untuk menambah kekuatan pencegahan terhadap capital flight. Oleh BI kan dinaikin 25 basis points, dalam rangka itu mempertebal sebetulnya positif dan penguatan rupiah," ucapnya.

Menurut Airlangga, keputusan yang dilakukan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui kebijakan moneter hawkish sudah pas pada saat ini. Lantaran, Bank Sentral AS masih berupaya untuk mengendalikan tekanan inflasi.

"Amerika kan bikin strategi higher for longer jadi dia menggunakan strategi itu melawan inflasinya dia, tapi untuk negara seperti Indonesia kan bisa menarik currency keluar. Tapi defends mechanism yang dilakukan sudah dalam koridor yang pas," ujarnya.