Bagikan:

JAKARTA - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) berada di level 106 pada Jumat, 12 April 2024, yang merupakan level tertinggi sejak awal November 2023. Adapun penguatan dolar AS juga akibat adanya ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah ditambah adanya ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan penguatan index dolar AS menjadi salah satu penyebab nilai tukar rupiah melemah ditambah masa libur lebaran lebih dari sepekan menjadi salah satu faktor melemahnya pergerakan rupiah terhadap dolar AS.

"Pada masa cuti yang begitu lama, hampir 8 hari ini membuat index dolar terus mengalami penguatan yang cukup signifikan, sehingga rupiah di perdagangan internasional terus mengalami pelemahan," katanya melalui pesan suara, dikutip Senin, 15 April.

Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah di pasar internasional karena Bank Indonesia (BI) belum dapat melakukan intervensi, ditambah dengan data ekonomi dalam negeri yang tidak bisa dirilis karena bersamaan dengan libur Lebaran atau hari raya Idulfitri.

"Sehingga wajar kalau seandainya rupiah terus mengalami pelemahan di atas Rp16.000 per dolar AS," katanya.

Ibrahim menyampaikan dengan demikian, rupiah kemungkinan besar akan dibuka melemah pada perdagangan Selasa, 16 April usai libur panjang.

Menurut Ibrahim faktor lain pelemahan rupiah di pasar internasional karena adanya tensi geopolitik yang tinggi di Timur Tengah. Kondisi itu juga mengakibatkan harga emas dan minyak naik.

Ibrahim menyampaikan bahwa serangan baru-baru ini dari Iran ke Israel pada Minggu, 14 April, benar-benar tak terduga padahal, banyak yang menduga Iran bakal menyerang Israel melalui pihak ketiga seperti Hizbullah Irak, Houwti, dan Hamas.

Oleh sebab itu, Ibrahim menyampaikan ketegangan geopolitik di timur tengah diperkirakan akan menyebabkan nilai tukar lainnya termasuk rupiah akan melemah.

Ibrahim menyampaikan dengan adanya tensi geopolitik yang tinggi di Timur Tengah mengakibatkan harga emas akan terus mengalami penguatan.

Ibrahim menyampaikan target harga emas untuk saat ini berada di level 2.350 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ounce. Namun, harga emas bisa terkerek lebih tinggi lagi dengan menyentuh level 2.400 dolar AS per troy ounce.

Meski demikian, Ibrahim yakin level 2.400 dolar AS per troy ounce itu tidak akan tercapai di akhir tahun, meski bank sentral Amerika menurunkan suku bunga.

Ibrahim menyampaikan bukan hanya harga emas dunia yang akan mengalami kenaikan tetapi harga minyak mentah dunia akan ikut terkerek naik lebih tajam akibat adanya perang terbuka, belum lagi ada serangan balasan dari Israel yang melibatkan Amerika, Rusia, dan Tiongkok.

"Ini akan membuat kilang-kilang minyak di Timur Tengah sedikit berkurang dalam produksinya," kata Ibrahim.

Ibrahim menyampaikan jika itu terjadi maka suplai minyak dunia akan berkurang dan mengakibatkan harganya terus naik seiring dengan bertambahnya permintaan.

Oleh sebab itu, Ibrahim melihat ada ketakutan bahwa Israel mengincar kilang-kilang minyak di Iran. Sehingga, kebutuhan produksi untuk pemenuhan negara-negara anggota-anggota OPEC akan mengalami penurunan.

"Ini membuat harga minyak mentah akan mendidih dan kemungkinan menyentuh di level 100 dolar AS per barrel di tahun 2024," ujar Ibrahim.