JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi jika situasi geopolitik di Timur Tengah berlanjut akan berdampak pada kondisi pasar keuangan Indonesia dan membuat aliran modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia berpotensi meningkat.
"Aliran modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia dikhawatirkan akan meningkat setelah konflik antara Iran dan Israel meningkat," jelasnya kepada VOI, Rabu, 17 April.
Menurut Josua konflik di Timur Tengah meningkatkan ketidakpastian global, menyebabkan investor menarik dana dari aset-aset berisiko tinggi, terutama dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Josua menyampaikan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah mendorong pelaku pasar untuk memilih berinvestasi pada aset-aset safe haven, salah satunya dolar AS, sehingga menyebabkan mata uang negara-negara lain, terutama yang negara berkembang seperti Indonesia, berpotensi melemah.
Adapun, Indeks dolar AS naik ke kisaran 106 menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Kondisi ini menjadi kabar buruk bagi nilai tukar Rupiah yang tahun ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan inflasi AS dan kebijakan moneter The Fed.
"Rupiah diprediksi akan terus terdepresiasi jika konflik ini terus memanas dan berlanjut," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan situasi geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel memicu investor mencari aset aman atau safe-haven seperti dolar Amerika Serikat (AS) dan emas.
Adapun, permintaan terhadap aset safe-haven naik di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Iran menembakkan drone dan rudal langsung ke Israel.
BACA JUGA:
"Eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus kita mitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven dalam hal ini dolar AS, emas, nikel juga mengalami kenaikan," ujar Airlangga usai acara Halal Bihalal di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa, 16 April.
Airlangga menyampaikan di pasar keuangan dolar index mengalami penguatan terhadap berbagai negara. Selain itu, nilai tukar dan indeks harga saham berbagai negara mengalami pelemahan secara global.
"Namun indonesia relatif dibandingkan peer countries di ASEAN lebih baik. Kemudian juga kita melihat kita perlu menjaga stabilitas pasar keuangan," jelasnya.