JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengaku mengkhawatirkan eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Iran.
Bahlil bilang memanasnya konflik Israel-Iran ini berpotensi dapat menghambat aliran penanaman modal asing ke Indonesia. Karena, para investor akan memilih menunda rencana berinvestasi di Indonesia.
“Yang paling saya khawatirkan persoalan Timur Tengah,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Senin, 29 April.
Sekadar informasi, memanasnya konflik Israel-Iran direspons negarif oleh pasar. Kondisi tersebut menyebabkan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melambung tinggi terhadap mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia.
Bahlil mengatakan menguatnya nilai tukar dolar AS, dan lonjakan harga minyak dunia bisa menyebabkan biaya produksi juga naik.
Karena itu, kata dia, kondisi ini akan membuat investor menunda rencana investasinya.
“Yang kami khawatirkan persoalan Timur Tengah, karena itu berdampak luar biasa khususnya harga minyak, dan pasti berdampak pada nilai tukar rupiah, dan berdampak pada investasi, karena biaya produksinya pasti akan jauh lebih tinggi,” katanya.
BACA JUGA:
Dia menjelaskan, kenaikan biaya produksi akan membuat harga dari produk itu juga naik. Namun, bagi pengusaha, tidaklah mudah untuk menaikkan harga jual produk.
“Selama harga jual masih worth it, dan konsumen masih membeli yang tidak terlalu berpengaruh, tapi yang jadi berpengaruh ketika suku bunga naik, bunga kredit naik, harga jual enggak naik, itu kan kenanya di pengusaha,” jelasnya.